Jepara, suaragardanasional.com | Sekitar dua hingga tiga dekade lalu, Pantai Kartini Jepara tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata bahari, tetapi juga sebagai panggung utama pesta rakyat tahunan yang diramaikan oleh lomba-lomba tradisional, parade budaya, dan pentas seni yang menggugah semangat kolektif masyarakat. Namun, kemeriahan itu kini tinggal kenangan. Fenomena penurunan jumlah pengunjung dan partisipasi masyarakat dalam pesta lomba tersebut tidak bisa dipandang sebagai gejala biasa. Ini adalah cerminan dari dinamika sosial, budaya, ekonomi, dan perubahan cara pandang masyarakat Jepara sendiri terhadap warisan budaya mereka.
Tulisan ini merupakan bentuk analisis jurnalistik yang bertujuan untuk menggali penyebab kemunduran kemeriahan pesta rakyat di Pantai Kartini Jepara, sekaligus memberikan masukan strategis dan konstruktif kepada pemangku kebijakan untuk menata ulang arah kebudayaan dan pariwisata lokal.
Analisis Permasalahan
1. Degradasi Budaya dan Hilangnya Pewarisan Nilai Tradisi
Dalam konteks masyarakat pesisir Jepara, pesta lomba bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari ritus kebudayaan yang memiliki nilai spiritual, edukatif, dan sosial. Sayangnya, generasi muda kini cenderung tidak memahami akar filosofis dari pesta tersebut. Peralihan budaya ke arah konsumsi digital dan budaya populer telah menyebabkan pemutusan rantai pewarisan nilai lokal.
2. Pergeseran Adat dan Filosofi Masyarakat
Adat istiadat yang dulu menjadi bingkai sosial masyarakat mulai memudar. Pesta rakyat kini dianggap tidak memiliki relevansi karena tidak lagi dilihat sebagai kebutuhan spiritual atau sosial, melainkan hanya sebatas tontonan. Pergeseran ini berdampak pada semangat kolektif, di mana masyarakat kini lebih memilih keterlibatan pasif atau bahkan sama sekali tidak hadir.
3. Faktor Ekonomi dan Prioritas Kehidupan
Kondisi ekonomi masyarakat Jepara turut andil dalam meredupnya pesta ini. Dalam situasi serba sulit, masyarakat lebih fokus pada kegiatan ekonomi produktif daripada terlibat dalam pesta budaya yang tidak memberikan dampak ekonomi langsung. Hal ini diperparah oleh minimnya dukungan pendanaan dari pemerintah daerah dan sektor swasta.
4. Lemahnya Inovasi, Manajemen, dan Promosi
Event-event budaya kini menuntut pengelolaan profesional. Tanpa manajemen yang modern, kemasan yang menarik, dan promosi digital yang masif, pesta rakyat akan tertinggal jauh dibanding event hiburan komersial. Pesta lomba di Pantai Kartini cenderung stagnan dan tidak mengalami transformasi sesuai zaman.
5. Kurangnya Sinergi Antar Pemangku Kepentingan
Pemerintah daerah, pelaku budaya, sektor swasta, dan komunitas kreatif belum membangun kolaborasi yang kuat untuk menjadikan pesta ini sebagai agenda strategis pembangunan daerah. Minimnya dialog dan koordinasi membuat event ini berjalan tanpa arah yang jelas dan kehilangan daya pikat.
Rekomendasi dan Solusi Strategis
1. Revitalisasi Nilai Budaya Lokal
Pemerintah daerah perlu menggandeng budayawan, sejarawan, dan tokoh adat untuk menghidupkan kembali makna-makna simbolik pesta rakyat. Integrasi nilai-nilai spiritual, adat, dan lokalitas ke dalam rangkaian acara akan memberikan kedalaman dan keunikan yang tidak dimiliki event lain.
2. Rebranding Pesta Rakyat sebagai Event Wisata Budaya
Perlu dilakukan reposisi pesta lomba sebagai bagian dari atraksi pariwisata budaya tahunan yang masuk kalender event nasional. Pemerintah daerah bisa menggandeng kementerian pariwisata, BUMN, dan pelaku bisnis untuk mendukung pembiayaan dan promosi.
3. Partisipasi Generasi Muda dan Digitalisasi Event
Memberikan ruang kepada pelajar, mahasiswa, dan komunitas kreatif untuk ikut merancang, mempromosikan, dan tampil dalam pesta akan menciptakan sense of belonging. Selain itu, promosi di media sosial, platform video, dan website resmi pariwisata menjadi kunci menarik minat wisatawan milenial dan gen Z.
4. Penguatan Ekonomi Lokal dan UMKM
Sediakan ruang bazar kuliner, kerajinan, dan produk lokal di sepanjang pesta lomba. Ini menjadi win-win solution bagi pelaku usaha dan masyarakat, sekaligus memperkuat ekosistem ekonomi kreatif daerah.
5. Pembentukan Forum Festival Jepara
Diperlukan wadah permanen lintas sektor untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi pelaksanaan pesta rakyat secara terintegrasi. Forum ini bisa menjadi platform inovasi dan kolaborasi antara pemerintah, seniman, akademisi, media, dan pengusaha lokal.
Penutup
Menghidupkan Kembali Roh Pesta Rakyat
Pesta rakyat di Pantai Kartini Jepara bukan sekadar seremonial tahunan. Ia adalah roh kehidupan sosial dan kultural masyarakat pesisir. Menghidupkannya kembali bukan hanya soal menghadirkan keramaian, tetapi juga mengembalikan kesadaran akan pentingnya akar budaya sebagai fondasi pembangunan manusia dan daerah. Melalui langkah-langkah strategis dan kolaboratif, pesta rakyat bisa menjadi panggung martabat Jepara yang tidak hanya dikenang, tapi juga dibanggakan lintas generasi.
(Hani K/ Djoko T. P)