PROYEK MANGKRAK : Gudang atau bedeng penyimpanan material dan peralatan di lokasi proyek prasarana air Jumprit terkunci rapat beberapa bulan terakhir ini. Proyek APBN di kawasan hulu Sungai Progo ini mangkrak akibat pemenang lelang menghilang ditengah pembangunan proyek yang menelan uang negara 3,2 miliar rupiah tersebut. Foto : Hery Setyadi
Temanggung, suaragardanasional.com - Proyek pembangunan prasarana air di Dusun Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo yang dibiayai APBN diketemukan dalam kondisi mangkrak. Proyek dalam naungan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak ini menelan uang negara 3,2 miliar rupiah. Dan kini kondisinya dibiarkan begitu saja oleh pemenang lelang maupun pelaksana di lapangan.
"Proyek ini sudah empat bulan tidak dikerjakan dan dibiarkan begitu saja oleh yang garap proyek. Padahal proyeknya baru 40 persen yang dikerjakan," ungkap sumber warga Desa Tegalrejo. Yang bilin miris, proyek strategis tersebut kabarnya dijual dibawah meja alias diambil alih oleh pihak ketiga dengan harga nilai proyek 2,5 miliar rupiah.
Proyek-proyek dalam naungan BBWS Serayu-Opak atau Kemenpupr di Temanggung mengalami mandek di perjalanan pembangunan. Hal ini tentu mengundang spekulasi publik bahwa proyek bermasalah dan terjadi penyelewengan. PT Aulia Berlian Konstruksi dari Jakarta sebagai pemenang lelang proyek tersebut diduga "menjual" proyek kepada pihak ketiga dan segitiga pihak yang berkepentingan ini terjadi kemacetan pembayaran.
Proyek yang terletak di Nol Kilometer Kali Progo ini semenjak awal sudah berpotensi bermasalah. Pemilik PT PT Aulia Berlian Konstruksi Jakarta tidak pernah menampakkan hidung selama proyek dikerjakan. Dan ditengarai ada pihak makelar proyek disebut bernama Ibnu yang menerima kucuran dana dari penerimaan uang muka. Bila terbukti dana yang sudah diterima tidak di gunakan untuk pembiayaan proyek.
Masalah ruwet lain adalah pihak Satker ( PPK ) apabila tindaklanjut dari SCM 3 tidak di tindaklanjuti, tidak terjadi pemutusan kontrak. Apabila setelah putus kontrak, mekanisme penunjukan langsung tidak sesuai dengan prosedur.
Kemudian bila dalam pelaksanaan, banyak sekali terjadi CO atau CCO yang mengakibatkan keterlambatan pekerjaan, maka proses perencanaan patut dipertanyakan. Bila terjadi temuan, pekerjaan mayor banyak yang tidak dikerjakan, akan menjadi bahan pertanyaan dan audit pihak berwenang.
Temuan di lapangan menunjukkan kondisi lokasi proyek tak terlihat sedikitpun aktifitas pembangunan. Lokasi proyek yang hampir menyatu dengan kompleks rest area Jumprit ini, juga hanya menyisakan sevuah gudang berupa bedengan yang tertutup rapat. "Bedengan itu untuk menyimpan peralatan kerja. Tapi sudah sekian bulan kog ditutup dan dikunci rapat, krn tidak ada pekerja proyek yang datang," imbuh Wati (55) warga di sekitar lokasi proyek, Sabtu (21/12/2024).
Pihak BBWS Serayu - Opak yang dikonfirmasi masalah ini memberikan jawaban yang enteng. Pejabat pembuat komitmen atau PPK proyek yakni Ika Yulianti mengatakan bahwa pihaknya memang sengaja pelan-pelan dalam menyelesaikan proyek prasara air itu. "Agak slow tapi kami tetap berusaha menyelesaikan tepat waktu," jawab dia saat dikonfirmasi. (Hery S)