JOGJA COFFEE FESTIVAL : Kota Yogyakarta menggelar event menarik bagi dunia perkopian, bertajuk Jogja Coffee Week (JCW). Kopi terbaik dari berbagai daerah meramaikan perhelatan ini, termasuk kopi dari Temanggung yang sudah diakui berkualitas premium. Foto : Hery Setyadi
Yogyakarta, suaragardanasional.com - Kopi asal Temanggung mendapatkan tempat di hati penikmat kopi. Pada perhelatan Jogja Coffee Week (JCW) di Kota Gudeg, kopi hasil dari perkebunan rakyat di Temanggung menjadi satu dari sekian jumlah asal kopi dari daerah yang dinilai berkualitas sangat baik. Kopi asal Temanggung adalah yang diperbincangkan di event yang merupakan rujukan utama perkopian di tanah air. Booth kopi Temanggung mengundang perhatian pengunjung.
JCW kembali digelar dan resmi dibuka secara langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Jumat (06/09) sore, di Hall C Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul. Event yang bertujuan menjadi wadah pengembangan pasar dan promosi bagi para pelaku usaha kopi mulai dari hulu hingga ke hilir dari seluruh Nusantara ini berlangsung selama 3 hari, yakni 6-8 September 2024 dengan mengusung tema ‘Experience Difference’.
Sebagai seremonial pembukaan gelaran ini, Sri Sultan pun tampil menjadi barista dengan mengenakan apron cokelat bersama Kepala Kantor Perwakilan Wilayah BI DIY, Ibrahim dan Direktur Utama Bank BPD DIY, Santoso Rohmad. Penuh antusias, usai menuangkan air panas ke bubuk kopi, Sri Sultan pun mencicipi langsung kopi arabika yang telah diracik. "Enak, agak asam-asam, oh karena ini Arabica ya. Enak," tutur Sri Sultan sembari menyeruput habis kopi buatannya.
Setelah mengikuti seremonial pembukaan tersebut, Sri Sultan turut berkeliling, melakukan peninjauan ke booth -booth pameran yang ada, seperti melakukan proses penggilingan biji kopi. Tampak hadir mendampingi pula Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi dan Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti.
Berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya, di tahun keempat penyelenggaraan, JCW 2024 ini menyelenggarakan 4 kompetisi bergengsi di dunia kopi, yaitu Roasting Championship, Brewers Championship, Latte Art Championship, dan Cup Taster Championship. Kegiatan lain yang juga digelar yakni workshop, talkshow tentang kopi, bisnis, dan digital, dan penampilan hiburan.
Dalam gelaran kali ini, pameran JCW 2024 pun diikuti oleh 110 booths dengan lebih dari 150 brand pelaku usaha kopi dari seluruh Indonesia. Booth-booth ini ditampilkan melalui zonasi tematik dari berbagai sektor industri kopi, mulai hulu hingga ke hilir yang saling terintegrasi, antara lain roastery, petani kopi, produsen, eksportir, instansi pemerintah, produk dan industri terkait kopi, lembaga keuangan, solusi IoT untuk sektor kopi, inovasi & teknologi berkelanjutan, wisata kopi, kedai kopi, brand dan franchise, susu, mesin kopi, peralatan, asesoris dan pengemasan.
Ditemui usai acara, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi menyampaikan bahwa Pemda DIY menyambut baik dan terus mendukung upaya bersama guna memajukan dunia kopi seperti gelaran JCW ini. Terlebih industri kopi bukan hanya berbicara mengenai komoditasnya, melainkan ekosistem yang melingkupinya pula.
“Kopi ini kan juga berbicara mengenai ekosistemnya. Jadi di sini menjadi ruang edukasi, ruang pertemuan antar produsen, konsumen, maupun dari para pehobi juga. Melihat bagaimana SDMnya, bagaimana manajemen cara pengelolaannya, bagaimana kelembagaannya, dan bagaimana ini salah satu strategi pemasaran. Kami dari Pemda DIY juga terus mendukung kita bersama-sama untuk memajukan dunia kopi,” jelas Siwi.
Pada kesempatan tersebut, dalam sambutannya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI), I Ketut Putrayasa mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya terus berusaha melihat kopi dari berbagai aspek bukan hanya sebagai komoditas semata. Lantaran kopi bahkan dapat membangun kekuatan nasional, membangun ekonomi bangsa termasuk membuka banyak lapangan pekerjaan.
“Saat ini kita dapat melihat bahwa melalui kopi, anak-anak muda tidak lagi jadi pengangguran. Akhir tahun 2023, kita hitung jumlah coffee shop di DIY sebanyak 3.700. Ini sungguh besar tenaga kerja yang diserap di dalam kegiatan kopi ini. Mereka masih muda-muda. Untuk itu kami merasa kopi bukan hanya mempersatukan anauk bangsa tetapi juga sanggup menyediakan lapangan pekerjaan yang dapat mensejahterakan mereka,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Panitia JCW Rahadi Saptata Abra menyebutkan, tema ‘Experience Difference’ diusung karena dalam event ini pengunjung dapat merasakan langsung pengalaman yang berbeda-beda. Mulai dari mencicipi kopi dari seluruh Nusantara hingga belajar menyeduh kopi sendiri.
Menurut Abra, kopi Indonesia mempunyai potensi yang bagus di internasional dengan cita rasa yang unik. “Dari Sabang sampai Merauke punya kekhasannya, ada yang fruity, ada yang agak pahit, macam-macam. Bahkan kita juga salah satu yang punya kopi luwak. Jadi potensi kita sangat bagus dan terkenal di seluruh dunia,” ucap Abra.
Untuk itu, event ini digelar pihak Abra sebagai wahana mempertemukan para pelaku usaha kopi dari hulu ke hilir. “Kita datangkan petani dari seluruh Nusantara, kemudian juga ada produsen mesin-mesin, alat-alat, sampai ke packaging, sampai ke coffee shopnya untuk langsung berjualan. Jadi kita ini konsepnya memang b to b (business to business) dan b to c (business to customer). Kami berharap tahun depan kita bisa menyelenggarakan lebarannya kopi Indonesia di Yogyakarta lagi,” kata Abra.
Pada event JCW kopi Wapitt dari Ngadirejo turut meramaikan booth dengan display beberapa varian kopi terbaik. Andrianto, wakil dari Kopi Wapitt menyebutkan pengunjung antusias mengunjungi booth representasi dari kopi Temanggung ini. "Kopi luwak yang menjadi salah satu andalan, mengulik rasa ingin tahu pengunjung. Persepsi penikmat kopi kepada kopi Temanggung sangat baik, kopinya enak dan punya kekhasan rasa," ujarnya. (Hery S)