MELEK DIGITALISASI : Dimas, mahasiswa Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip mengajarkan literasi digital kepada warga Desa Wonosari, Bulu, Kabupaten Temanggung. Warga desa perlu diberikan informasi yang memadai soal digitalisasi, untuk memberikan pemahaman yang baik tentang digitalisasi. Foto-foto : Dimas/Hery Setyadi
Temanggung, suaragardanasional.com - Kehidupan masyarakat saat ini sudah dimasuki tren digitalisasi. Digitalisasi segala urusan di masyarakat sangat mengefisienkan urusan, namun juga bisa membawa dampak buruk jika tidak5476 dikendalikan dengan literasi digital yang tepat. Warga Desa Wonosari beruntung, mendapatkan asupan ilmu digitalisasi dari mahasiswa yang tengah KKN di desa tersebut.
Kegiatan lapangan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro targetnya adalah meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penggunaan gadget untuk melakukan pendaftaran Identitas kependudukan digital. Dan penggunaan gadget yang baik untuk anak-anak desa yang hampir setiap hari bersinggungan dengan smartphone.
Mahasiswa turun ke lapangan dengan Program Kerja Monodisiplin. Tematik yang mereka usung adalah "Gadget Cerdas, KTP Digital, Praktis dan Aman. Gadget Bijak, Anak Sehat dan Ceria". "Kegiatan pemberian literasi digital kepada warga desa ini dilakukan pada 25 dan 26 Juli 2024 lalu. Dengan tujuan utama untuk memberikan edukasi mengenai penggunaan teknologi secara tepat guna bagi masyarakat," papar Dimas Rafif Fathony, mahasiswa Ilmu Perpustakaan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Senin (19/8/2024).
Sebagai bagian dari KKN TIM II Undip 2024, program kerja monodisiplin yang diusung Dimas berjudul "Literasi Digital: Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Mengenai Penggunaan Gadget untuk Pendaftaran Identitas Kependudukan Digital dan Penggunaan Gadget yang Baik untuk Anak-Anak. Program ini dibreakdown di Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.
Program ini lahir dari kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin tergantung pada teknologi digital, termasuk dalam urusan administrasi kependudukan. Namun, masih banyak masyarakat, khususnya di daerah pedesaan, yang belum memahami cara mengakses dan memanfaatkan teknologi ini dengan benar.
Identitas kependudukan digital, yang merupakan inovasi dari pemerintah untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses data kependudukan, masih menjadi hal yang asing bagi banyak orang di Desa Wonosari. Selain itu, Dimas juga melihat adanya kebutuhan untuk memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai penggunaan gadget yang sehat dan aman bagi anak-anak mereka, mengingat semakin tingginya intensitas penggunaan gadget di kalangan anak-anak.
Pelaksanaan program ini dimulai dengan sosialisasi kepada warga Desa Wonosari mengenai pentingnya memiliki identitas kependudukan digital.
Mahasiswa mengadakan pertemuan dengan perangkat desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk membahas rencana program ini dan mendapat dukungan serta masukan dari mereka. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan warga yang diadakan di balai desa, di mana saya memberikan penjelasan mengenai manfaat dan cara pendaftaran identitas kependudukan digital. Dalam sesi ini, Dimas juga menyediakan panduan untuk warga.
Panduan ini tertulis yang mudah dipahami, serta melakukan demonstrasi langsung tentang cara mendaftar melalui aplikasi resmi yang disediakan oleh pemerintah. Selain memberikan edukasi mengenai pendaftaran identitas digital, Dimas juga mengadakan sesi pelatihan khusus bagi masyarakat yang belum terbiasa menggunakan smartphone atau gadget.
Pelatihan ini melibatkan praktek langsung di mana warga diajak untuk mencoba mendaftarkan identitas mereka dengan bimbingan oleh Dimas. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya paham secara teori, tetapi juga mampu melakukannya secara mandiri. "Banyak warga yang awalnya merasa kesulitan, namun setelah melalui beberapa kali praktek, mereka mulai terbiasa dan merasa lebih percaya diri untuk menggunakan teknologi ini," tutur Dimas.
Di sisi lain, dirinya juga fokus pada edukasi mengenai penggunaan gadget yang baik untuk anak- anak. Melalui diskusi dan penyuluhan yang melibatkan para orang tua, saya menjelaskan mengenai risiko dan dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak, seperti gangguan perkembangan sosial, penglihatan, dan bahkan kecanduan.
Di sisi baiknya, bahwa gadget bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, seperti untuk keperluan belajar dan mengakses informasi yang bermanfaat. Dalam sesi ini, diberikan tips kepada orang tua tentang cara mengatur waktu penggunaan gadget bagi anak- anak, serta aplikasi-aplikasi edukatif yang bisa digunakan untuk mendukung proses belajar mereka.
Salah satu tantangan dihadapi dalam pelaksanaan program ini adalah kurangnya kesadaran awal masyarakat mengenai pentingnya literasi digital. Banyak warga yang merasa bahwa teknologi adalah sesuatu yang rumit dan hanya cocok untuk generasi muda.
Untuk mengatasi hal ini, digunakan pendekatan yang lebih personal dan sederhana dalam menyampaikan materi. Juga melibatkan beberapa pemuda desa yang sudah lebih akrab dengan teknologi untuk membantu memberikan contoh dan mendampingi warga yang kesulitan.
Kolaborasi ini terbukti efektif, karena warga merasa lebih nyaman belajar dari orang yang mereka kenal dan percaya. Setelah beberapa minggu pelaksanaan, program ini mulai menunjukkan hasil yang positif.
Banyak warga yang telah berhasil mendaftarkan identitas kependudukan digital mereka dan merasa lebih mudah dalam mengurus administrasi. Mereka juga lebih memahami manfaat jangka panjang dari memiliki identitas digital, seperti kemudahan dalam mengakses layanan publik.
"Sementara itu, para orang tua juga mulai menerapkan tips-tips yang saya berikan mengenai penggunaan gadget yang sehat untuk anak-anak mereka. Beberapa orang tua bahkan melaporkan bahwa anak-anak mereka sekarang lebih teratur dalam menggunakan gadget dan lebih fokus pada aktivitas belajar," tambah Dimas.
"Melalui program "Literasi Digital" ini, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi teknologi di masyarakat pedesaan.
Program ini juga memberikan saya kesempatan untukmengaplikasikan ilmu yang saya pelajari di jurusan Ilmu Perpustakaan dalam konteks yang lebih luas, yaitu literasi digital.
Saya belajar bahwa edukasi teknologi bukan hanya tentang mengajarkan cara menggunakan gadget, tetapi juga tentang membangun kesadaran akan dampak positif dan negatifnya, serta bagaimana memanfaatkannya secara optimal untuk kehidupan sehari-hari," pungkasnya. (Dimas/Hery S)