MENCIPTAKAN KERAMAIAN : Warga Kampung Suronatan, Kota Temanggung menciptakan ikon keramaian di sepanjang Jalan Brigjen Katamso untuk menggeliatkan ekonomi setempat. Suronatan Night Market, yang digelar Sabtu (8/6/2024) malam merupakan gelaran untuk ketujuh kalinya dan menjadi destinadi hiburan bagi masyarakat Temanggung. Foto-foto : Hery Setyadi
Temanggung, suaragardanasional.com - Jantung utama Kota Temanggung mulai berdetak. Kawasan Jalan Brigjen Katamso yang hanya sepanjang 200 meter, Sabtu (8/6/2024) malam, sontak berubah menjadi mirip pedestrian Harajuku di Negeri Sakura. Potret keramaian mungil ala Suronatan Street Market (SSM) ini sudah mampu menghidupkan suasana kota yang biasanya akrab dengan kesunyian.
Pada SSM akhir pekan tersebut adalah gelaran ketujuh kalinya. Diinisiasi oleh para pemuda Kampung Suronatan, yang jengah dengan kurang bergairahnya perekonomian, meskipun warga hidup dan tinggal di tengah perkotaan. Semenjak SSM dieksekusi menjadi ajang kreatif, terbentuklah ceruk pasar dan wahana hiburan baru, yang mengungkit geliat ekonomi warga Suronatan nampak.
Pada SSM yang dikunjungi ratusan warga masyarakat, jumlah tenant yang terlibat sudah mencapai 120-an unit. Tenant ini multi jenis, ada UMKM makanan kekinian, kemudian perajin pernik-pernik perhiasan dan asesoris, mainan, kedai kopi, teh, fashion dan sebagainya. Grafik penjualan di tenant peserta SSM bisa ditunjukkan meningkat dari mulai awal digelar hingga memasuki acara ketujuh.
"Suronatan Street Market adalah hajatan bersama seratus persen warga. Pihak-pihak yang dilibatkan untuk buka stan atau tenant, diutamakan warga lokal. Setiap tenant yang ingin mengisi acara ini sudah dipilih yang terbaik. SSM sudah menjadi destinasi unik, terutama kawila muda, untuk berweekend yang mudah, murah dan meriah," tutur Senna Aji, pemuda setempat.
Jalan Brigjen Katamso yang selebar empat meter dan panjangnya 200 meter lebih ini, full dijejeri tenant bertenda dan mobile. Cara pengunjung untuk menikmati suasana SSM mirip di kota-kota besar. Mereka berkelompok ngopi bareng di tengah jalan, berdiskusi dan ngobrol apa saja. Di sisi barat jalan, sepotong panggung tak begitu luas, menampilkan alunan musik secara live dari band-band lokal Temanggung. Konser mini penampilan Band Monochrome dan Henion ini menyedot banyak penonton.
Akhir pekan di kawasan yang menyatu dengan Alun-alun Temanggung serta Pendopo Pengayoman juga rumah dinas Bupati Temanggung benar-benar regeng dengan adanya SSM. Ada pertalian saling dukung antar pihak untuk menggeliatkan ekonomi. Cafe-cafe statis yang berdiri di ruas jalan tersebut ikut disemuti pengunjung. Warga Suronatan pun bisa mendapatkan penghasilan ekstra jika SSM sering digelar.
Namun, diantara gerlap penyelenggaraan SSM tersebut, terselip rasa kekhawatiran dari pihak penyelenggara maupun warga. Ijin keramaian yang dibatasi oleh pihak kepolisian, menjadi penghambat SSM bisa lebih rutin kontinyu digelar. Konon, SSM ini hanya diberi ijin untuk digelar setiap tiga bulan sekali. Pertimbangan, pihak kepolisian, karena dinilai mengganggu lalu-lintas jalan di kawasan Alun-alun. "Kalau SSM diberi ijin boleh diadakan, tapi kog tiga bulan sekali, artinya dalam tiga bulan itu apa kami harus berpuasa mengais rejeki? Seyogyanya SSM bisa digelar setiap pekan, toh tujuannya untuk membantu perekonomian warga dan banyak pihak lainnya. Dan bukankah Temanggung memerlukan kemajuan lewat tumbuhnya ekonomi kreatif semacam ini, agar terjadi perputaran uang di Temanggung. Bukan di Magelang atau malah di Jogja," ujar Renata, pemilik tenant makanan kecil.
SSM yang sudah eksis, rupanya bakal menghipnotis kampung lain di Kota Temanggung untuk tergugah melakukan hal yang sama Warga Kwaluhan kabarnya sudah menyiapkan konsep matang kegiatan untuk menghidupkan wilayah kota sebelah timur. Ketersediaan lahan untuk acara serupa tengah disiapkan oleh pihak kelurahan dan warga sekitar. "Kwaluhan ingin bangkit lewat menumbuhkembangkan kesejahteraan warga melalui event yang mirip SSM. Bahkan kami ingin lebih heboh lagi," kata Retno, pegiat event organizer asal Kwaluhan. (Hery S)