Environmental Friendly Desa Gunung Gempol Dilirik Pengamat Asing

 

MISI MULIA PADA LINGKUNGAN : Kepala Desa Gunung Gempol, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, Eko Wasana, patut didukung banyak pihak soal keberpihakannya pada kelestarian lingkungan. Eko, yang sudah 17 tahun menjadi kades di desa environmental frindly tersebut, terus membangun kesadaran warganya untuk peduli pada lingkungan. Foto : Hery Setyadi


Temanggung, suaragardanasional.com - Suasana pedesaan di lereng Sindoro-Prau bak magnet bagi warga asing luar negeri. Kawasan pedesaan yang hijau dan lestari, dilirik oleh pengamat asing. Mereka kagum, ditengah perubahan lingkungan yang destruktif, salah satu desa di Kabupaten Temanggung, yakni Desa Gunung Gempol getol mengkampanyekan warganya untuk peduli kelestarian lingkungan.


Desa Gunung Gempol terletak di wilayah Kecamatan Jumo. Desa yang diapit desa-desa tetangga ini, bisa dibilang tipikal desa yang tidak neko-neko, baik dari penampilan bangunan rumah warganya, maupun lansekap desanya. Masih natural dan di gerbang masuk desa, suguhan pertama adalah sungai yang sangat bersih,  ya sangat bersih, tanpa sampah.


Bukan tanpa sebab. Warga Desa Gunung Gempol paling risi apabila ada sampah menyangkut di badan atau tepi sungai. Penyebab utamanya lagi, pola pikir warga setempat yang sudah environmental friendly. Lingkungan desa kalau kotor sedikit, buru-buru dibersihkan beramai-ramai oleh warga.


Kebersamaan dalam kebaikan semacam ini tentu tidak dibentuk dengan sekejap mata. Peranan pemomong warga yakni kepala desa cukup menonjol, untuk menjadikan warga desa yang begitu peduli pada kebersihan dan kelestarian lingkungan. "Saya paling takut ada burung dibunuh di desa ini. Apalagi ada sampah nyangkut di sungai, atau di jalanan desa. Warga pasti gerak cepat mengatasi soal itu," tutur Eko Wasana, sang kepala desa yang dijumpai di teras rumahnya yang asri dengan penangkaran burung ini, Minggu (21/4/2024).


Eko Wasana membuat penangkaran burung, bukan untuk memenjarakan burung-burung. Penangkaran yang rimbun dengan vegetasi berbagai tanaman ini, sengaja disediakan "pintu keluar" menuju langit, burung-burung tetap bebas pergi terbang dan bisa kembali pulang ke tempat tersebut. "Penghormatan pada lingkungan, juga diwujudkan warga dengan melindungi habitat burung yang hidup, singgah atau menetap di wilayah desa ini. Kami patenkan larangan untuk berburu burung dengan Perdes," ujar Eko.


Rintisan tentang kebersihan lingkungan telah dilakukan Eko sejak sebelas tahun lalu. Desa yang memiliki Perdes lengkap soal perhatikan pentingnya lingkungan hidup sudah ada dan menjadi batas jelas, mana yang boleh dan dilarang dilakukan warga.


Saking cintanya warga pada kelestarian lingkungan, terutama pertanian mereka, warga bersama kepala desa bersepakat membangun sebuah museum alat pertanian. "Desa punya museum alat pertanian masa lalu. Sudah berdiri joglo utamanya, fasilitas toilet dan sebagainya. Barang-barang berupa alat pertanian masa lalu, masih kita himpun dan simpan di kantor desa. Sebelum nantinya semua dipajang di museum," kata Eko bangga.

Desa Gunung Gempol mempunyai hutan lindung sendiri, sebuah lahan cukup luas yang terjaga dengan rerimbunan aneka pohon. Selain adanya aturan siapapun dilarang menembak burung. Warga atau orang luar desa yang menangkap ikan di sungai dengan cara-cara sadis seperti menggunakan racun atau setrum, bakal terkena akibat hukum. 


Sungai besar atau kecil yang membelah wilayah desa, jangan sampai sampah plastik mengotorinya. Limbah rumah tangga dari desa lain di hulu sungai justru menjadi malapetaka yang harus dihadapi warga Desa Gunung Gempol. Cara warga mengatasinya? setiap pekan, setidaknya tiga kali warga mengagendakan kegiatan resik-resik lingkungan. Alat kebersihan sapu adalah item wajib yang harus dipegang oleh setiap warga desa.


Kades Eko menyebut desa mereka adalah sangat ingin se-natural mungkin. Sungai yang mengalir di desa sudah tersaring oleh keberadaan sawah, lahan pohon dan sebagainya. "Payahnya, masyarakat sekarang terlalu berpikir instan. Misalnya, rumput dibasmi dengan kimiawi rondap, yang dampak buruknya bisa membuat akar pohon mati, tanah tidak subur dan efek mematikan lainnya. Hal-hal seperti sering ini dibahas kami di gapoktan. Bagaimana menghilangkan zat-zat kimia di pertanian dan lingkungan. Salah kaprah, bener ora lumrah," tandasnya.


Desa ini warganya punya prinsip yakni bebenah yang salah kaprah di desa. Menurut Eko, hal-hal baik yang mereka tempuh kadang melawan arus. Persepsi desa lain terkadang berbeda dalam memandang persoalan lingkungan. Sehingga diperlukan proses komunikasi yang imbang dan salg pengertian.


Berkah bagi desa, dengan adanya tiga sungai yang membelah desa yakni Sungai Tapak, Sungai Jombor, dan Sungai Gunung Dali, menjadi konsekuensi bagi warga untuk terus menerus menjaganya.  Ketiga sungai ini lestari dan terus mengalir meskipun di musim kemarau. Tak heran, kalau lahan pertanian subur.


Problematik saat ini yang dihadapi mereka, adalah sungai dicemari sampah plastik, limbah rumah tangga, ada kasur, ada barang rumah tangga yang menyesaki badan sungai. Limbah tersebut berasal dari kawasan hulu sungai di Kecamatan Ngadirejo.


Kesadaran warga secara kontinyu dibangun bersama. Tim pemerintahan desa juga kompak dengan misi utama kades. Perangkat desa yang masih muda-muda, menjadi akselator program kelestarian lingkungan.  Luas desa yang 142,25 hektar dan dihuni 456 Kepala Keluarga dengan 1557 jiwa yang menghuni tiga dusun, yakni Bodren, Krajan dan Cliwik, bukan perkara mudah untuk mewujudkan impian desa yang asri, bersih, sehat bagi jiwa dan raga warganya.


Desa ini pun dikaruniai hal lain, yakni dihuni endemi burung jalak ekor tak terkira jumlahnya. Sebagai kades yang sudah menjabat 17 tahun lamanya, Eko semakin memahami betapa pentingnya lingkungan yang baik untuk hidup dan dihuni dan bersahabat dengan makhluk hidup lainnya.


"Burung yang senang tinggal di Desa Gunung Gempol, jalak, perkutut hijau, kakak tua, elang jambul dan Jawa, ayam hutan. Pengamat asing suka meneropong burung di desa ini. Sudah menjadi tugas bersama warga menjaga itu semua untuk warisan cucu kami kelak," kata Eko Wasana dengan dorot mata menerawang jauh. (Hery S)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top