Jakarta, suaragardanasional.com - Rabu (14/2) rakyat Indonesia yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) menggunakan hak suara mereka. Komisi Pemilihan Umum (KPU) jadi bahan cemooh warganet. Gara-gara KPU melarang pemilih membawa ponsel ke bilik suara, larangan ini dinilai masyarakat mengada-ngada. KPU dianggap takut ketahuan ada surat yang sudah tercoblos dan panik bila hal itu direkam dengan ponsel dan dipublikasikan.
Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU RI, Betty Epsilon Idroos melarang pemilih untuk tidak membawa ponsel saat memberikan suara di dalam bilik tempat pemungutan suara (TPS).
Menurut Betty, sebaiknya pemilih masuk ke TPS, mereka menitipkan ponsel mereka. "Sebaiknya ponsel tidak dibawa masuk ke TPS, karena buat apa dibawa ke dalam? Kan di dalam bilik waktu kita tidak panjang. Kan kita hanya untuk mencoblos," kata Betty.
Betty juga minta pemilih tidak mempublikasikan pilihannya setelah pencoblosan.
Berty hanya memperbolehan pemilih selfie dengan menunjukkan jari yang sudah ada tintanya bahwa pemilih sudah melakukan pencoblosan.
Alih-alih mendapat dukungan dari masyarakat. Soal larangan membawa ponsel ini justru dicemooh boleh masyarakat dan netizen. "Rakyat ingatkan KPU agar netral dan tidak memihak," kata netizen bernama Ziznwar.
Reaksi pedas lain dari netizen adalah, KPU dinilai berpotensi curang dan tidak transparan dalam bekerja. "Ingat teman- teman, sebelum buka kartu suara, jangan langsung masuk ke bilik suara. Periksa dulu surat suara, pastikan aman dan dibuka sebelum masuk bilik suara. Jangan sampai kartu suara sudah tercoblos," kata netizen bernama Alinka.
Selain soal ponsel, KPU mengeluarkan rilis yang dibacakan Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari bahwa masyarakat tidak usah menganggap hasil exit poll di luar negeri yang sedang viral. Lagi-lagi KPU mendapatkan respon negatif dari netizen.
"Kalau masyarakat kan harus mengawasi pemilu. Kenapa tidak boleh mengikuti hitung cepat versi diluar KPU. Jangan-jangan...," kata Firdaus. Tanggapan beragam di masyarakat terhadap KPU ini menunjukkan daya kritis masyarakat yang tinggi terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 yang penuh dengan drama. (Hery S)