Benih padi yang ditebar mulai mengering, karena curah hujan masih rendah
Rembang, suaragardanasional.com – Penyaluran bantuan benih kepada petani harus tepat waktu dan tepat sasaran. Pasalnya, bantuan benih yang tidak tepat waktu mengakibatkan adanya bantuan justru dijual.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengaku mendengar masalah tersebut. Petani beralasan bantuan benih dibagikan pada saat masih musim kemarau, sehingga kalaupun ditanam pasti akan mati. Daripada mati, akhirnya ada petani nekat menjual bantuan benih ke pihak lain.
“Waktunya kemarau dapat bibit, itu nggak tepat. Kalau nggak pas ya jangan, malah jadi guyon nanti. Malah didoli (dijual), seperti di Kecamatan Sedan itu. Petani gini, lha yo leh pak tak tandur paling yo ora thukul, yo tak dol,” tuturnya.
Bupati mendorong kejadian semacam ini dapat diantisipasi, dengan cara menyalurkan bantuan bibit pada awal musim penghujan.
“Petugas PPL pertanian harus peka, biar keinginan pemerintah dan keinginan masyarakat juga sinkron sejalan, ini penting,” imbuh Bupati.
Pada tahun 2023 kemarin, Kabupaten Rembang memperoleh bantuan bibit padi, jagung dan kedelai (Pajale) dari pemerintah pusat untuk 5.332 hektar dan 1.096 hektar dari Provinsi Jawa Tengah.
Bantuan tersebut diharapkan ada percepatan tanam dan perluasan lahan. Hanya saja yang menjadi kendala saat ini, curah hujan masih minim di Kabupaten Rembang.
“Sesuai ramalan BMKG Minggu ketiga bulan November sudah turun hujan, namun ternyata hujannya sekarang belum cukup. Sebagian petani kita pakai padi gogo rancah dan sebagian lagi menunggu benih siap,” terang Agus Iwan Haswanto, Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan.
Agus berharap di bulan Januari 2024, curah hujan akan semakin meningkat, sehingga masa tanam padi tidak meleset terlalu lama. (Totok Adjie)