Temanggung, suaragardanasional.com - Kebangkitan Nusantara ditandai tumbuh suburnya entitas budaya di banyak daerah. Di Temanggung, para budayawan dan pemerhati budaya membentuk lembaga Kadipaten Bhumiphala (KBP). Gebrakan perdananya, tokoh punakawan "turun gunung" menyapa masyarakat, membimbing kehidupan lewat teatrikal resik-resik kampung jumputi larahan (bersih-bersih kampung mengumpulkan sampah).
Desa Traji, Kecamatan Parakan menjadi eksperimental budaya ini. Desa yang tenang, cenderung sepi di dalam pemukimannya, hanya ramai dilalui kendaraan dari luar kota yang membelah desa ini. Hadirnya punakawan ke desa ini untuk mengartikulasi kembali pentingnya handarbeni resik-resik kampung. Problem sampah sudah menggejala stadium meresahkan, tak hanya di kota, di desa pun sama mengalami. Kegiatan budaya pun menjelma menjadi tindakan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
KBP mengusung teatrikal punakawan untuk mengenalkan budaya kesenian wayang punakawan. Ada target kepada tata krama, tata susila, tata trapsila.
Wujud aksi teatrikal lain dengan melakukan kegiatan oleh Semar Petruk Gareng Bagong yang membantu masyarakat, menyebrangkan anak lansia serta orang berangkat ke tempat ibadah.
Resik-resik jumputi larahan ini adalah sebuah gerakan berbudaya. Yakni bersih-bersih keliling desa, kalau menemukan sampah plastik dikantongi dan dibawa oleh Punakawan. Simbol wayang ini akan menunjukkan ke masyarakat bahwa lingkungan perlu dirawat, diopeni, dijaga tetap bersih. Kita ingin edukasikan ke masyarakat soal betapa pentingnya kebersihan. Gerakan budaya ini kontinyu berkesinambungan di 20 kecamatan di Temanggung," kata Romo Rendra, penasehat KBP.
Teatrikal berbusana punakawan ini sekaligus untuk memperkenalkan paguyuban yang konsen secara langsung ke masyarakat. Dalam teatrikal ke depan, punakawan tak sendirian. Akan ada pengiringnya, yakni bisa dari perguruan silat, sanggar tari dan sebagainya, namun intinya di punakawan.
Ketua Kadipaten Bhumiphala, Romo Adi, menyebutkan aksi budaya ini tidak ada kaitan dengan parpol apapun atau sekte apapun ini murni kegiatan sosial, budaya dan kemanusiaan sesuai dengan AD ART paguyuban ini. "Kita pasti akan menjalinkan KBP yang semisi dengan komunitas budaya sosial dan budaya di seluruh Indonesia, misal dengan DPD Matra (Masyarakat Adat Nusantara) Magelang yang sudah mempunyai pengurus se-Indonesia," terangnya.
Matra ini menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan se-Nusantara dan di luar negeri. DPD Matra inilah tamu pertama yang berkunjung ke Kadipaten Bhumiphala. Komunitas ini berkunjung ke Temanggung untuk menjalin kesepahaman dan menjalin kerjasama.
"Dengan lahirnya KBP ini, semoga ada kesinambungan budaya, asih asuh momong untuk kesinambungan generasi kita mendatang. Aksi budaya KBP dalam rangka mengenalkan kepada masyarakat dan promosi ke masyarakat dan ingin mengkenalkan civil society bahwa ini ada paguyuban atau komunitas yang bergerak di bidang budaya. Kami akan memperhatikan peninggalan-peninggalan leluhur seperti situs dan ritual budaya warisan leluhur ," jelas Adi. (Hery S)