Harmoni Keberagaman Di Nyadran Perdamaian Krecek Kaloran

 

HARMONI DI TEMANGGUNG : Warga Dusun Krecek dan Dusun Gletuk, Desa Getas, Kecamatan Kaloran guyup dalam keselarasan dalam Nyadran Perdamaian di makam leluhur. Dusun di kawasan pegunungan di Kabupaten Temanggung ini menjadi miniatur Indonesia sesungguhnya. Warga yang berbeda latar belakang agama dan keyakinan bisa hidup terjaga harmonis. Foto : Hery Setyadi


Temanggung, suaragardanasional.com - Deretan warga duduk lesehan beralas tikar melingkari bukit tempat pemakaman di Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran. Tenggok atau anyaman bambu bundar tempat untuk membawa berbagai makanan, diletakkan di sisi warga berkumpul bersama anak-anak. Di hari spesial yang diperingati setahun sekali itu, Jum'at (12/1), warga Dusun Krecek dan Dusun Gletuk tilik kubur atau nyadran berjuluk Nyadran Perdamaian.


Di sepanjang jalan berbeton di bawah komplek makam dusun yang suasananya teduh dan sejuk oleh rerimbunan pepohonan, tumpukan daun pisang memanjang di lantai jalan. Diatasnya tertata rapi bermacam-macam lauk pauk, ingkung ayam, telur, nasi megono, nasi putih, sayur berjenis-jenis, makanan tradisional tersaji di hadapan warga. Segala makanan tersebut dibawa sendiri, dipikul disunggi diatas kepala oleh warga dusun untuk dihidang kembul bujana atau dimakan bareng oleh warga. "Ini rasa syukur bisa makan minum bersama keluarga dusun. Rasa syukur kami sudah diberi anugerah oleh Yang Maha Kuasa rejeki dan sehat bisa kumpul sanak saudara dan di makam ini agar selalu ingat dan mendo'akan para leluhur kita," tutur Supriyatno (40) warga setempat dan datang ke lokasi bersama keluarga dan orang tuanya.


Nyadran Perdamaian digagas oleh warga sendiri dan sudah dilakukan warga sejak dahulu kala. Yang menjadi luar biasa, ritual penghormatan bagi leluhur ini dikemas dengan serangkaian kegiatan dan diinisiasi oleh beberapa lembaga antara lain Indonesian Conference on Relegion and Peace (ICRP), Buddhazine, Yayasan Cahaya Guru, Amartha, The Asian Muslim Action Network (AMAN Indonesia) dan didukung warga Dusun Krecek dan Dusun Gletuk. 

Ini bukan sekedar tematik kegiatan kultur dusun tersebut. Nyadran Perdamaian adalah artikulasi dari situasi harmoni yang sudah berhasil dicapai warga setempat dalam kehidupan yang beragam. Dusun Krecek dan Gletuk adalah miniatur Indonesia, dimana berbagai warga dari keyakinan dan agama berbeda bisa hidup berdampingan, memupuk toleransi pada kurun waktu cukup lama. Moderasi di kawasan pegunungan ini adalah warisan dari leluhur mereka. Hidup bersama yang selaras dengan alam dan sesama manusia. Manusia adalah bagian dari alam. Agama apapun tak bisa menjadi hegemoni yang merasa paling superioritas.


Nyadran Perdamaian berdampingan di makam leluhur ini adalah puncak dari serangkaian kegiatan lain yang dimulai pada tanggal 10 hingga 11 Januari 2023. Di dusun yang asri dan bersih, ditengah perkebunan kopi, palawija dan pohon sengon dan dialiri anak sungai para peserta kegiatan dari penjuru Indonesia mengikuti kelas kenduri, kelas meditasi, kelas kesenian tradisional, kelas jelajah alam, kelas sesaji, dan kelas perempuan bertutur.

Kepala Desa Getas, Dwiyanto nyengkuyung kegiatan ritual ini bersama tokoh masyarakat. Tak banyak kata, Dwiyanto menyebut nyadran terus dilestarikan oleh warga Krecek dan Gletuk secara gotong-royong. Harapan bersama warga adalah hidup berdampingan secara damai turun temurun. (Hery S)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top