Temanggung, SGN.Com - Puluhan siswa - siswi SMA Negeri 2 Temanggung punya bakat tersendiri. Mereka memilih ekstra kurikuler yang tak biasa, yakni Jurnalistik. Pilihan ini unik dan menantang buat mereka. Lewat pilihan inilah, mereka berusaha mengulik intuisi mereka, menulis dan memotret.
Hari Jum'at (1/12) mereka mengikuti sesi pelatihan jurnalistik, foto jurnalistik dan videografi. Pematerinya, Hery Setyadi S.Sos, S.Sn, wartawan dan fotografer/Wakil Pemimpin Redaksi Suara Garda Nasional (SGN.Com) yang mendapatkan kesempatan dari pihak SMA Negeri 2 Temanggung untuk mementori para siswa. Pelatihan dihelat di aula Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka ini.
Konten pelatihan untuk mereka cukup mudah dicerna. Pemateri memberikan tips-tips ide menggali tulisan yang bergenre jurnalistik. Di era digital saat ini, Menulis adalah kegiatan seseorang menorehkan sesuatu di atas layar hp, laptop atau media lainnya sehingga terbaca oleh orang lain.
Bagi orang seusia siswa SMA, menjadi ideal untuk memulai menggiatkan minat menulis artikel, artikel tentang apa saja. Menulis juga diartikan sebagai cara seseorang menuangkan ide atau pendapat yang ada di benak pikirannya, sehingga bermanfaat bagi pembacanya.
"Karenanya menulis dan membaca, bagaikan dua sisi mata koin yang saling bersisian. Bagi sebagian orang, baik menulis maupun membaca bisa menjadi hobi yang tak terpisahkan. Namun bisa menjadi hal yang sangat positif baik di dunia media massa maupun penulisan ilmiah. Bila kedua hobi tersebut kalian gemari, pada saat yang sama sehingga saling mendukung. Perkuatlah literasi baca dan literasi visual kalian, karena dari situlah kalian memperkaya ide untuk menulis artikel dan menghasilkan foto jurnalistik yang baik," papar Hery.
Ketika menulis telah menjadi sebuah bobi, apa pun topik atau tema hangat yang diangkat, pastilah akan sangat mudah membeberkan serta menuangkannya di atas kertas atau mengetikannya pada komputer/laptop/gadget.
Sebaliknya, menulis akan berubah menjadi sesuatu yang maha sulit bahkan mirip monster, manakala telah dibayangi teori menjemukan yang seolah membatasi.
"Bagi kalian yang kebetulan tidak hobi menulis maupun membaca, tak perlu berkecil hati. Ada pepatah Jawa mengatakan "Tresna jalaran saka kulina" atau mencintai itu berasal dari rasa mengakrabi. Kalian seiring waktu akan menemukan passion menulis dan memotret," sambungnya.
Menulis itu seperti berbicara. Berbicara lewat tulisan. Maka menulis sama halnya dengan berbicara, berdiskusi, bertukar ide, bahkan berdebat dengan pembaca. Anggap saja menulis berita itu seperti mendongeng, tapi tetap fakta yang dibeberkan, bukan fiksi atau karangan bebas.
Menulis adalah aktivitas yang disengaja. Karena itu menulis butuh niat alias kemauan. Siswa - siswi yang mengikuti eskul jurnalistik, dapat memilah jenis tulisan, yakni Straigth news (berita langsung), menuliskan semuanya yang menarik serta pokok-pokok permasalahan yang aktual di awal tulisan. Diikuti penjelasannya pada kalimat dan alinea berikutnya. Sehingga secara analog digambarkan sebagai piramida terbalik. Biasa ditemui pada berita-berita di koran harian. Di media online, hampir mirip, hanya lebih ringkas dan padat.
Jenis tulisan kedua, reportase atau indepth reporting atau berita laporan. Pengertiannya, menulis secara mendalam dan lengkap. Disajikan secara detil dengan berbagai data dan tabel, sehingga dianalogkan sebagai bentuk lurus berparalel (karena biasa ditulis secara berseri). Biasa ditemui pada berita-berita tabloid mingguan, bulanan, yang tak akan cepat basi meski dibaca sekian waktu kemudian.
Yang ketiga adalah artikel, opini, atau koloman, menuliskan pendapat atau argumen seseorang tentang suatu masalah yang sedang 'in' dengan disertai analisa ilmiah dan solusi. Bisa dibaca pada wacana koran harian atau majalah-majalah politik, bisnis, serta ekonomi.
Di klasifikasi keempat adalah tulisan fiksi, menulis suka-suka yang bersifat entertain atau menghibur. Biasa ditemui pada majalah hiburan atau gosip. Cerpen, cerita anekdot, puisi serta karya sastra ringan termasuk di dalamnya. Seorang artis, mempunyai nilai berita, misalnya.
Pada jenis berikutnya adalah features, human interest, tulisan khas, kadang dengan gaya cerita bertutur. Tujuannya supaya karya tulisan yang dihasilkan dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca. Point value (nilai jualnya) unsur manusiawi dan dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.
Peserta pelatihan diberikan tips cara menulis berita/artikel yang menarik. Antara lain, gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang dengan gaya bahasa sederhana. Banyak membaca buku dan referensi lain sehingga berita/artikel yang ditulis menarik untuk dibaca dan bermutu. Selain mendapatkan inspirasi dan informasi baru, membaca buku bisa melatih kita berfikir logis dan sistematis.
Gunakan gaya bahasa yang unik, kekinian dan bersifat kebaruan (untuk berita/artikel ringan).Nasehat terbaiknya adalah sesekali bacalah karya sastra, novel, biografi, bahkan puisi. Ini akan memperkaya kosa kata kita. "Sehingga isi berita/artikel lebih renyah, kaya sumber ide," saran pemateri.
Pada sesi foto jurnalistik dan videografi, peserta diminta untuk memahami terlebih dulu, apa itu foto atau video yang mengandung unsur jurnalistik. Mengapa sebuah foto atau video menjadi sangat penting?
Sebab, foto atau video adalah salah satu media yang merekam, mengabadikan, menceriterakan suatu peristiwa. Foto atau video Jurnalistik adalah foto dokumenter yang disiarkan ke media massa pelbagai platform digital.
Beberapa anggapan baku menyebutkan foto jurnalistik adalah hasil dari “being in the right place at the right time”.Foto berita dapat diancang oleh wartawan/fotografer sebelum kejadian.
Foto jurnalisitik harus dapat bercerita dengan sendirinya. Bahkan, sebuah Foto Jurnalisitik dapat bercerita dengan seribu makna.Foto jurnalisitik yang baik adalah yang bisa mengajak penikmatnya untuk sejenak berpikir.
Sebelum mengeksekusi sebuah peristiwa, perhatikan poin ini, harus memperhatikan komposisi yang menarik dan angel atau sudut pengambilan foto yang khas kalian sendiri. Yang terpenting, karya foto jurnalistikmu punya eye catching, menarik dan kekuatan mempengaruhi orang yang melihat foto tersebut," ujar pemateri yang juga merupakan kontributor foto untuk Kantor Berita Agence France Presse (AFP).
Guru SMA Negeri 2 Temanggung Tanti Abadiningsih S.Pd selaku Pembimbing Ekstra Kurikuler Jurnalistik menyatakan pelatihan bagi peserta dari kelas X dan XI ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan bakat siswa-siswinya. "Mencari ide untuk membikin artikel berita dan melakukan investigasi atau wawancara ke sumber berita itu membutuhkan kiat khusus. Dan yang paling dasar memerlukan bakat atau talenta. Kami berharap dengan pelatihan seperti ini, mereka punya hal tersebut," kata Tanti.
Selama pelatihan, peserta First Hefa Diafragma siswa kelas XI H mengabadikan jalannya pelatihan lewat jepretan foto. Peserta pelatihan yang lain, Al Aina Yunanda Wardana dari kelas XI J mengatakan mereka butuh kiat-kiat menulis artikel, dan tips menghasilkan foto jurnalistik dan videografi langsung dari orang media. "Kami dan teman-teman ingin tahu teknik menggunakan kamera yang tepat. Apa saja yang harus diperhatikan agar bisa menghasilkan foto, video dan tulisan jurnalistik. Ke depan, kami ingin praktek langsung ke lapangan," tuturnya. (Redaksi SGN.Com)