Temanggung, SGN.Com - Kabupaten Temanggung di peta kebencanaan di Jawa Tengah termasuk berkategori tinggi potensi terjadinya bencana alam. Perkumpulan Keluarga Besar Satpam Temanggung (PKBST) menggelar pelatihan penanganan gawat darurat yang melibatkan 70 orang dari 26 komunitas. Pelatihan dipusatkan di Kantor PMI Kabupaten Temanggung, Sabtu (2/12).
Puluhan anggota dari 20 komunitas tersebut digembleng skill menangani korban bencana alam, kecelakaan, musibah kebakaran, banjir, huru-hara dan sebagainya. Ketua PPGST Agus Setiyono memaparkan, skill penanganan gawat darurat bagi personil/relawan komunitas sangat penting ketika menghadapi kejadian dan dampak dari suatu kejadian. Kekompakan dan kesolidan mereka dibentuk dengan pelatihan ini.
Gelar pelatihan bagi 26 komunitas nampak guyub dan mentor pelatihan memilih metode game atau permainan santai, komunikatif, interaktif, detil dan saling dukung. Anggota komunitas memiliki keahlian spesialis dan perlu dilatih bagaimana bisa saling mengisi kekurangan masing-masing. Mereka bakal bahu-membahu jika ada kejadian atau bencana.
Rudy Isnawan Bendahara PPGST mengungkapkan, kegiatan semacam ini sudah tiga kali digelar oleh PKBST dalam waktu yang berbeda, pertama untuk sesi damkar, kedua dalam bentuk kegiatan outbound dan ketiga berupa pelatihan gawat darurat kali ini. Relawan dilibatkan sesuai bidang masing-masing. "Kita memberikan ilmu untuk menangani korban gawat darurat.
Ini bentuk dari bagian mitigasi gawat darurat kejadian sehari-hari dan bencana," terang Rudy didampingi Pembina PKBST Abu Dardak.
Ketua 1 PMI Kabupaten Temanggung Iwan Siswanto menjelaskan, PMI dan PKSBST serta puluhan komunitas di Temanggung telah berafiliasi dalam kerjasama penanganan gawat darurat. Khusus materi pelatihan dari pihak PMI, peserta pelatihan dibekali metode mengevakuasi korban kejadian bencana atau kecelakaan. Kemudian bagaimana cara mengatasi luka korban untuk pertama kalinya. PMI sudah puluhan tahun menjadi bagian dari afiliasi ini di Kabupaten Temanggung.
Ketua PKBST Agus Setiyono menggambarkan dunia kerelawanan di Temanggung sangat menonjol. Artinya nilai-nilai kemanusiaan di kabupaten ini cukup tinggi. Banyaknya jenis komunitas ini menjadi jejaring untuk kerjasama positif jika terjadi kejadian gawat darurat di manapun dan kapanpun. Lansekap Kabupaten Temanggung yang luas, didominasi kawasan pegunungan, potensi kebencanaannya pasti tinggi. "Penanganan kebencanaan tidak bisa dilakukan hanya oleh satu atau dua pihak. Jangkauannya terbatas. Oleh karena itu, kita perlu melibatkan banyak relawan dari berbagai komunitas untuk penanganan korban gawat darurat dan bencana," jelasnya.
Pelatihan puluhan anggota komunitas ini berlangsung interaktif, dengan semacam metode game. Peserta diperkenalkan satu persatu antar peserta. Setiap person harus saling mengenal. Mereka bertukar nama yang tercantum di secarik kertas. Game ini mampu merekatkan peserta pelatihan.
Materi pelatihan meliputi penanganan pertama pada kecelakaan. Peserta ditunjukkan bagaimana mengevakuasi korban patah tulang atau leher, misalnya. Insting menolong yang dimiliki anggota relawan biasanya sudah terbentuk kuat, namun kadang masih kebingungan saat menemui korban yang luka parah atau tidak sadar. Pemberian nafas buatan kepada korban yang pingsan, tidak boleh sembarangan. Saat relawan memberikan nafasnya ke korban, SOP-nya adalah dengan menutup lubang hidung korban. Pilihan penanganan lain bagi korban yang terindikasi tidak bernafas adalah dengan kompresi sebanyak 20-30 kali pada bagian dada untuk memacu kerja jantung korban.
Skill relawan dipersiapkan untuk menangani korban yang terluka, pingsan, atau bahkan dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Langkah-langkah pertolongan dipastikan tepat dan aman bagi korban. Relawan harus mengetahui respon korban terlebih dulu, lewat komunikasi bicara, dicubit dan teriakan. Dengan demikian , seumpama korban mengalami patah tulang atau sakit di bagian tertentu badannya, tenggelam dan sebagainya, relawan bisa tahu persis teknik penanganannya dan meminimalkan cidera lebih lanjut.
Relawan zaman sekarang relatif lebih terbantu dalam urusan komunikasi. Pertama, alat komunikasi siap, berupa radio komunikasi dan hp android dan kedua, teknologi komunikasi lebih lengkap. Korban bisa langsung bisa difoto oleh relawan dan foto serta data langsung dikirim ke tim penanganan gawat darurat atau dokter. Sistem komunikasi yang terintegrasi ini, mampu menangani korban gawat darurat dengan satset dan menghindari korban lebih parah.
Kegiatan yang diberi tajuk Peningkatan Kompetensi Penanggulangan Gawat Darurat (PKPGD) ini diikuti komunitas yakni Pemuda Pancasila, Tagana, SAR Macan Gunung Prahu Temanggung, Jadug Rescue Ngadirejo, Kobra Komunitas Briker Mania , Baguna, RAPI, Kompass Bansari, IOF (Indonesia Offroad Federation) Temanggung , PSC 119, Purna Paskibraka Indonesia, Orari, RRT, Paskot (Paseduluran Komunitas Orang Temanggung) Jumo, Baznas, Gletzer, GRI, BPDB, Damkar, PKBST, MMT, Gerakan Relawan Bejen, Banser Tanggap Bencana. (Hery S)