Temanggung, SGN.Com - Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang, mendapat limpahan berkah dari kabupaten tetangga yakni kawasan wisata Bandungan. Selain komoditi buah dan sayuran yang didatangkan dari Kaloran ke Bandungan, kerajinan keranjang bambu turut pula menikmati berkah dari perputaran ekonomi di kawasan wisata yang kondang tersebut.
Mulyani (33) warga Dusun Porot, Desa Getas, Kecamatan Kaloran adalah salah satu perajin keranjang bambu yang menjadi pemasok ke kawasan wisata Bandungan. Anyaman keranjang bambu dari hasil keahlian tangan Mulyani, telah menembus pasar disana. Keranjang produk Mulyani dipergunakan oleh konsumennya sebagai wadah buah-buahan atau sayuran yang menjadi oleh-oleh khas wisatawan.
Di kawasan wisata yang berhawa sejuk ini, keranjang bambu karya Mulyani bisa dijumpai di Pasar Bandungan dan kedai atau kios buah-buahan dan sayur di seantero Bandungan. "Saya menganyam keranjang bambu karena ada pesanan dari pemasok di Bandungan. Ada tiga varian jenis ukuran keranjang bambu yang dipesan untuk wadah sayuran dan buah," tutur Mulyani yang ditemui di sela-sela kesibukannya menganyam keranjang bambu di teras rumahnya yang sederhana.
Aktifitas menganyam keranjang bambu ini bagi Mulyani adalah obat mujarab untuk mengatasi kejenuhan dan mendapatkan tambahan penghasilan bagi keluarganya. Mulyani mengaku, setiap pekan, dirinya mampu menganyam ratusan unit keranjang bambu yang kemudian dia jual ke pemasok dengan variasi harga mulai dari 22 ribu hingga 35 ribu per set atau isi 40 unit keranjang bambu.
Perempuan dengan satu anak usia yang masih delapan tahun dan kelas 3 SD ini, mengawali kegiatan pembuatan keranjang bambu sejak dia keluar dari pekerjaannya di sebuah pabrik kayu lapis di Kota Temanggung. Hasrat hatinya ingin selalu bisa bekerja untuk kelancaran ekonomi keluarganya. Dia pun bertekad bisa produktif meskipun di rumah. Dari rumahnya yang masih berlantai tanah, Mulyani mencoba mulai menganyam harapan terbaiknya lewat UMKM satu ini. Dipilih lah kerajinan keranjang bambu tersebut.
Mulyani menceriterakan bahwa bahan baku berupa bambu cukup banyak ditemui di desanya. "Apabila di kebun keluarga ada pohon bambu, kita gunakan itu sebagai bahan baku. Kalau butuh bahan bambu yang lebih banyak, saya biasa membeli dari tetangga," ujar warga Porot yang kawasannya berupa pegunungan dan hutan ini.
Cukup ekonomis harga jual keranjang bambu ini hingga sampai ke pasaran di Bandungan. Dengan
ukuran tiga macam, 30rb/isi 40 biji keranjang, 25rb/40 biji, 22rb/40 biji.
Jika keranjang sudah siap dalam jumlah banyak, Mulyani hubungi pembeli yakni pemasok keranjang dan keranjang diangkut ke lokasi penjualan.
Istri dari Supriyatno yang seorang petani dan pekerja serabutan ini, menuturkan sudah lima tahun memproduksi keranjang kayu. Keterbatasan modal yang dia miliki, menjadi penghambat bagi Mulyani untuk meningkatkan kapasitas produksi keranjangnya. " Saya keluar kerja dari pabrik kayu lapis dan kini menggeluti pembuatan keranjang dan bisa menjadi sambilan kerja yang bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang," imbuhnya.
Mulyani memproduksi anyaman keranjang bambu bersama kakak kandungnya. Selama sebulan jumlah produksi keranjang bambu mencapai ratusan biji. Sehingga tugas pesanan ini dibagi pekerjaannya.
"Setelah keluar dari pabrik kayu di Sroyo dan menganggur, daripada mager, mulai utak-utik membuat keranjang bambu," tutur Mulyani.
Seperti sifat bambu yang bisa mengawetkan apapun yang diwadahinya. Mulyani berharap ikhtiar kecilnya ini bisa tetap awet dan mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga di tengah kesulitan perekonomian akhir-akhir ini. (Hery S)