DPR RI Wanti-Wanti Masyarakat Tetap Kondusif, Proyek Pamsimas - Balai Dusun Jadi PR Pemdes Getas

 

ADA PROBLEM DI POROT  : Para petani di Dusun Porot, Desa Getas, Kecamatan Kaloran pulang dari mencari rumput untuk pakan ternak mereka. Dusun Porot menyimpan dua persoalan terkait proyek Balai Dusun dan Penampungan Air Bersih, yang ke depan akan menjadi PR pihak Pemdes Getas untuk segera diselesaikan. Foto : Hery Setyadi


Temanggung, SGN.Com - Kondisi bangunan Balai Dusun dan Penampungan Air Bersih di Porot yang terbengkelai dan tak berfungsi, menjadi sorotan masyarakat, bakal jadi pekerjaan rumah atau PR pihak Pemerintah Desa Getas, Kecamatan Kaloran. Dua proyek yang berbeda sumber pendanaannya ini oleh Kades Getas Dwiyanto, bakal diselesaikan masalahnya.


Kades Getas yang menjabat sejak 2007  ini mengakui ada problem di Dusun Porot, tapi hanya soal salah persepsi dari sebagian warga. "Hal pertama, soal Balai Dusun berukuran 10 meter x 18 meter tersebut sempat menjadi polemik. Ada sebagian kecil warga yang mengira bangunan Balai Dusun atau Balai RW tersebut dibangun seadanya, hanya ada atap dan pondasi. Yang sebenarnya, pihak Pemerintah Desa menganggarkan pembangunan Balai Dusun tersebut dengan menyesuaikan ketersediaan anggaran di ADD. Atas aspirasi warga Porot yakni dari tiga RT, pembangunan Balai Dusun dianggarkan 99,5 juta rupiah," terang Kades Getas, Dwiyanto saat diklarifikasi soal "mangkraknya" dua proyek itu.


Sedangkan pada proyek Penampungan Air Bersih yang bersumberkan pada Program Aspirasi dari Ir Sudjadi dari Komisi V DPR RI, pihak Pemerintah Desa Getas berkeinginan proyek tersebut bisa berfungsi normal dan bisa dimanfaatkan oleh warga Dusun Porot. Menurut Kades, problem Penampungan Air Bersih ini adalah soal teknis semata yakni adanya warga yang keberatan dengan biaya operasional dari penggunaan listrik yang dinilai tinggi. "Mesin pompa yang digunakan daya listriknya 12 ribu watt. Pengelola sudah melakukan ujicoba dan air bersih sudah mengalir ke rumah warga. Namun ada keberatan warga soal bayar listriknya dianggap mahal. Kita masih terus mencari solusi atas masalah ini," jelas kades.


Secara terpisah, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Ir Sudjadi yang dimintai konfirmasi perihal kasus Porot, memberikan jawaban bahwa saat ini adalah tahun politik atau pemilu. Sehingga jangan sampai masalah seperti itu mengeruhkan masyarakat di Kaloran yang sudah sejuk. Jika ada warga atau masyarakat yang ingin klarifikasi soal itu, dipersilakan menyampaikan kepada pihaknya. "Saya akan datangi masyarakat apabila butuh klarifikasi," katanya.


Menurut Kades Dwiyanto, Balai Dusun Porot bakal disempurnakan bangunannya dengan dinding dan kusen serta pintu selayaknya bangunan yang representatif sebagai pertemuan warga dusun. Pihaknya mengakui bangunan yang ada saat ini masih membutuhkan penguat konstruksi atap di bagian tengah. Dalam rancangan awal, bangunan direncanakan pembangunannya bertahap. "Dengan luas bangunan yang seperti itu, pasti membutuhkan dana pembangunan ratusan juta. Karena dana kita terbatas, kita baru bisa kerjakan tahap awal, ya masih berupa atap, dengan tiang IWF sesuai permintaan warga Porot dan pondasi dibawahnya," ujarnya.


Dwiyanto tidak menampik jika ada dinamika di masyarakat di wilayahnya. Namun, hendaknya masyarakat tetap menjaga harmoni dan kebersamaan terjaga. Sebagai kepala desa, Dwiyanto yang masih menjabat hingga tahun 2026 ini ingin menyelaraskan kehidupan di Desa Getas sebaik mungkin. "Saya selama menjabat kades, senantiasa mendengar apa yang ingin disampaikan oleh warga. Kebersamaan adalah kunci utama Desa Getas yang pernah mencanangkan Deklarasi Toleransi," tandasnya. (Hery S)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top