Festival Belimbing Jingga, Angkat Ikon Buah Khas Jepara

 


Jepara, SGN.com- Tidak hanya buah durian yang menjadi buah khas kota Jepara, tetapi ada buah lain yang menjadi khas Kota Jepara yaitu belimbing jingga. Namun saat ini buah tersebut sudah mulai terlupakan oleh masyarakat.


Melalui Festival belimbing jingga diharapkan nantinya dapat mengangkat nama belimbing jingga di masyarakat Jepara, hal itu disampaikan Asisten I Sekda Jepara Ratib Zaini saat mewakili Pj. Bupati Jepara Edy Supriyanta dalam pembukaan Festival Belimbing Jingga di kompleks Perpustakaan R.A. Kartini RT 3 RW 4, Desa Ketilengsingolelo, Kecamatan Welahan. Minggu (15/10/2023).


Ratib Zaini mengapresiasi atas digelarnya festival belimbing jingga, menurutnya acara tersebut bisa mengenalkan ke masyarakat Jepara bahwa belimbing jingga salah satu ikon buah khas jepara selain durian.


Ia menambahkan, belimbing jingga juga bisa mengangkat perekonomian petani, mengingat kualitas rasa belimbing jingga lebih enak dibandingkan dengan belimbing pada umumnya dan harga jual relatif tinggi dikisaran 25 ribu sampai 30 ribu per kilogram.


"Belimbing Jingga bukan hanya belimbing biasa, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonimian warga," tambahnya.


Sementara itu, penggagas festival belimbing jingga yang sekaligus pendiri Perpustakaan RA. Kartini Edi Mustofa menjelaskan, belimbing jingga, merupakan salah satu ikon buah unggulan yang harus selalu diupayakan untuk dilestarikan. Sebab, saat ini jumlah pohonnya mulai berkurang karena minimnya minat membudidayakan.


"Saat ini, pohon belimbing jingga hanya tersisa sekitar 500-an batang saja. Tersebar di tiga desa di Kecamatan Welahan, meliputi Desa Ketilengsingolelo, Gedangan, dan Welahan," kata Edi.


Edi mengungkapkan, Belimbing Jingga Jepara memiliki tampilan warna jingga kekuning-kuningan seperti kunyit. Ukuran buahnya sedang, tidak terlalu besar atau kecil. Miliki rasa lebih manis dibanding jenis belimbing lain, itu karena proses panen hanya boleh dilakukan saat buah matang.

“Jadi harus matang, sudah 40 hari ke atas baru boleh diambil,” ungkap Edi.


Edi Musthofa berharap, dengan adanya festival tersebut nantinya tumbuh keberpihakan, serta kepedulian bersama untuk menanam lagi sehingga belimbimbing jingga dapat dikenal lagi dimasyarakat luas. 


Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Diskarpus Umar Chotob, Camat Welahan Sundari, Anggota Komisi A DPRD Jepara Padmono Wisnugroho, Petinggi Desa Ketilengsingolelo Agus Supriyanto. (Hani)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top