SEMANGAT MENJAGA SENI TRADISIONAL : Anak-anak, remaja hingga ibu-ibu Desa Janggleng, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung tampil penuh semangat saat diadakan Ritual Bersih Desa Janggleng. Sedemikian semangatnya saat pertunjukan, belasan remaja yang membawakan tari Warokan, tumbang karena kesurupan. Foto : Hery Setyadi
Temanggung, SGN.Com - Remaja Desa Janggleng, Kecamatan Kaloran tampil luar biasa saat membawakan tarian kesenian tradisional Warokan. Adrenalin dari belasan pemainnya yang tinggi selama menari selama hampir dua jam di hadapan ratusan warga setempat, Sabtu (27/10). Mereka pun mengalami trance atau kesurupan massal.
Tari Warokan yang dibawakan para remaja ini diiringi gamelan yang dimainkan rekan seusia mereka, 14 hingga 18 tahun. Saking bersemangatnya, irama gamelan mengalun lebih enerjik. Satu jam saat pertunjukan tersebut, satu persatu pemain tari Warokan tumbang diatas panggung. Disusul pemain tari lain yang menyeruduk ke arah penonton.
Sesaat kemudian dua hingga tiga pemain berturut-turut berjatuhan tak sadar diri. Penonton pun semakin tegang dan sedikit mundur dari bibir panggung. Pemain tari yang masih kokoh berdiri, merangsek ke arah pemain gamelan dan memakan kembang dan dupa yang memang disediakan panitia sebagai bagian dari dukungan 'magis' pada pertunjukan satu ini.
Bahkan salah satu pemain tari tiba-tiba melompat ke arah penonton dan lari secepat kuda ke arah rumah warga. Lima pemain tari terpaksa digotong turun dari panggung oleh pawang khusus, penari yang tumbang dievakuasi ke salah satu rumah warga untuk disadarkan.
Sugiyono, salah satu tokoh spiritual di Desa Janggleng menjelaskan, bahwa banyaknya remaja yang tumbang karena kesurupan itu merupakan hal yang wajar dalam sebuah pertunjukan seni tradisional. "Mereka (penari) saking bersemangatnya menari diatas kuda lumping dan diiringi gamelan yang tempo iramanya cepat. Hal itu tanpa disadari merangsang diri menjadi seolah tanpa kendali. Tapi bersyukur, tidak ada insiden yang membahayakan. Bisa tetap aman dan tertib, karena digelarnya pertunjukan ini tujuannya untuk menghibur warga," kata Sugiyono.
Sugiyono mengungkapkan bahwa spiritual warga Desa Janggleng, Kecamatan Kaloran sangat teruji. Hajatan pertunjukan kesenian tradisional ini adalah bagian dari ritual Bersih Desa Janggleng. Warganya teguh menjaga ritual kearifan lokal ini setiap tahun.
Sebagai wujud puji syukur warga desa atas limpahan berkah, air yang berlimpah mengairi ibu pertiwi, hasil dari sawah dan kebun. "Sungai-sungai yang mengaliri desa, patut dipelihara, dijaga kebersihannya dan tetap lestari. Sungai adalah sumber kehidupan. Tugas manusia adalah menjadikannya selalu bersih. Alam yang dijaga pun akan membalas kebaikan manusia dengan hal yang baik kepada manusia," tuturnya.
Selain pertunjukan tari Warokan oleh remaja, ritual Bersih Desa Janggleng dimeriahkan dengan penampilan pembuka tari Warokan Budoyowati dengan personil pemain ibu-ibu. Mereka ini berinisiatif membentuk grup kesenian ini dengan 14 orang anggotanya. Hasrat mereka sangat besar untuk berkesenian, disela-sela kegiatan sehari-hari sebagai petani dan pedagang. Diyakini oleh mereka, dengan berkumpul di grup kesenian tradisional, kehidupan warga lebih rumaket, bersatu dan akur.
Tak kurang kalah dengan ibu-ibu, kalangan anak-anak sekolah dasar hingga menjelang remaja pun turut membentuk grup tari Warokan. "Sayangnya, kami disini belum punya seragam kesenian warokan milik sendiri. Jadi apabila ada jadwal tampil di acara-acara desa, kami masih menyewa seragam tari," kata Widi, salah satu pemain anak-anak. Di panggung yang sama, pertunjukan dari warga untuk warga ini juga digelar pementasan Wayang Kulit dengan dalang Ki Giyanto dari Batur Kaloran. Pementasan wayang kulit berlangsung hingga Minggu (28/10) dini hari dengan penonton yang setia hingga pertunjukan berakhir. (Hery S)