Tlilir Art Culture Festival Orkes Sinten Remen Hangatkan Dinginnya Lereng Sumbing

MEMUKAU PENONTON : Ratusan penonton menikmati pertunjukan musik  berkelas dari Orkes Sinten Remen asal Jogja. Orkes keroncong progresif yang didirikan seniman Djaduk Ferianto  ini menjadi tamu istimewa Tlilir Art Culture Festival 2023 yang digelar di lereng Gunung Sumbing Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Foto : Hery Setyadi


Temanggung, SGN.Com - Cuaca cerah jadi berkah bagi warga Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo. Hari kedua pagelaran Tlilir Art Culture Festival 2023, Sabtu (2/9) seolah menjadi puncak acara, meskipun festival ini berlangsung dari tanggal 1, 2 hingga 3 September. Penampilan orkes Sinten Remen dari Jogja memecah suasana dinginnya udara malam lereng Gunung Sumbing.


Orkes keroncong progresif bentukan seniman Jogja, Djaduk Ferianto tahun 1997 silam ini tampil memukau di hadapan ratusan penonton. Sinten Remen menghangatkan penonton yang kedinginan, mengingat suhu di lokasi menunjukkan 14 derajat celcius. Permainan Sinten Remen rancak dan mendapat sambutan meriah dari penonton.


Stage pertunjukkan konser ala desa pegunungan ini tak lazim bagi sebuah pertunjukan musik. Personil Sinten Remen bermain di stage cor beton yang biasa dipergunakan warga Desa Tlilir untuk menjemur rajangan daun tembakau. Sementara tempat duduk penonton dibagi dua, satu untuk penonton bertiket dengan tempat duduk dan kedua lesehan yang diisi penonton dari warga desa. Tak mudah mencari tempat yang luas di Desa Tlilir yang mempunyai tingkat kemiringan tanah cukup tinggi. Sehingga penonton dari warga harus duduk lima meter dibawah depan stage untuk Sinten Remen.


Situasi demikian bukan masalah. Penonton malam itu mendapatkan suguhan musik yang berkualitas. Vokalis perempuan Sinten Remen, Silir Wangi, bagai diva dihadapan penonton yang mungkin sangat jarang kedatangan artis atau musisi ternama. Silir Wangi berhasil menghipnotis penonton dengan suara khasnya.


Tembang Belanda yang berkisah tentang Indonesia, Geef Mij Maar Nasi Goreng karya Wieteke van Dort, dibawakan oleh Silir dengan apik nan riang. Menyusul tembang Laksamana Raja Di Laut yang terdengar rancak dan menggugah penonton untuk mulai berdiri dan bergoyang. 


Lokasi pertunjukkan kali ini benar-benar tersihir oleh alam. Bulatan besar bulan purnama yang muncul tepat berhadapan dengan stage pertunjukan. Ketinggian Desa Tlilir pada 1070 mdpl menjadi stage yang spektakuler lantaran langit cerah dan di horison kejauhan nampak gemerlapan lampu Kota Temanggung. 


Alunan tembang Banyu Langit ciptaan Didi Kempot yang  dinyanyikan Wandi (45) warga setempat, memancing interaksi ratusan penonton yang merupakan tetangganya sendiri. Wandi menjadi bintang dalam pertunjukkan semalam. Personil Sinten Remen sebanyak 12 orang, mengiringi pembawaan Wandi yang berduet dengan Silir.


Sinten Remen melanjutkan alunan tembang lawas Salome. Disambung rilisan sendiri di saat pandemi covid-19 tahun 2020 ciptaan Ari Senja berjudul Gadis Facebook yang iramanya rancak. Ini membuktikan Sinten Remen mampu menyentuh hati para penonton.

Menuju klimaks pertunjukan, Silir menyanyikan lagu Jawa Ayo Ngguyu sambil turun stage mendekati penonton. Cengkok Jogja dan di tengah tembang yang dia nyanyikan, liukan cengkok Sunda sang vokalis begitu memukau. Hingga tembang Kopi Dangdut menghentak di menit-menit terakhir penampilan Sinten Remen.


Malam kedua Tlilir Art Culture Festival 2023 seolah jadi pengisi kekosongan hati penontonnya. Gelaran yang dihelat di saat panen raya tembakau ini bisa dibilang berhasil dan sukses menghibur penontonnya. Pertunjukan semalam ditutup pada pukul mendekati tengah malam. (Hery S)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top