MEMPERKOKOH KEDAULATAN TANI : Kelompok tani di Desa Ujungnegoro Kabupaten Batang, bertekad memperkokoh kedaulatan petani. Sektor pertanian sebagai ujung tombak ketahanan ekonomi dan pangan, masih sering terabaikan. Foto : Hery Setyadi
Batang, SGN.com- Perberdayaan bagi kalangan tani di Kabupaten Batang tidak hanya sekedar jargon. Di Desa Ujungnegoro, masalah kedaulatan bagi petani menjadi fokus utama bagi kelompok tani.
Tiga fondasi penting bagi keberlanjutan kehidupan petani merupakan tema pertemuan antara Kelompok Petani Bersatu Indonesia Desa Ujungnegoro dengan Kampung Hijrah, Rabu, 13 September 2023.
Ketiga fondasi utama petani yaitu tanah, budidaya dan pemasaran menjadi pematik pembahasan yang diikuti sekitar 25 orang petani di sekretariat Kelompok Petani Bersatu Indonesia di Dukuh Gedangan, Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.
Dalam sambutannya, Sarpawit selaku Ketua kelompok tani menyampaikan bahwa pertemuan bersama ini untuk memperkuat organisasi petani serta menambah pengetahuan dan skill/ketrampilan dalam tehnis budidaya pertanian.
Petani di wilayah Desa Ujungnegoro ini umumnya sebagai buruh tani dan berada di area bencana. Artinya, bila memasuki musim kemarau mengalami kekeringan dan musim hujan terjadi kebanjiran. Hal ini yang selalu dihadapi petani Ujungnegoro.
Pada sisi lain, Andrianto dari Kampung Hijrah menegaskan mengenai prasyarat untuk mendorong keberlanjutan pertanian yang menjadi sandaran hidup utama petani desa yaitu kecukupan akan lahan garapan.
Lalu kelayakan tehnis budidaya pertanian yang dilakukan petani serta perlindungan dan jaminan harga komoditas pertanian. Terkait kecukupan lahan garapan saat ini Pemerintah membuka akses/kesempatan agar petani menjadi garda depan dalam pengelolaan baik melalui program Reforma Agraria maupun Perhutanan Sosial.
Kedua program ini telah ditetapkan sebagai agenda strategis nasional dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sementara itu terkait aspek budidaya pertanian maka petani harus memiliki keberanian untuk mengurangi ketergantungan terhadap input sarana produk pertanian (saprotan) yang harus membeli seperti pupuk maupun obat-obatan.
Banyak cara sederhana yang bisa dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan pupuk maupun pengobatan seperti halnya dengan menggunakan serai wangi hasil penyulingan/destilasi.
Selaku Pembina, Abdul Wahid, S.Ag akan mendorong anggota Kelompok Tani untuk melakukan penanaman dan pengembangan serai wangi sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair maupun insektisida organic.
Hal ini mendesak dilakukan karena petani semenjak memasuki tahun 2023 hingga kini mengalami kesulitan untuk bisa mendapatkan pupuk bersubsidi.
Pada akhir pertemuan Kelompok Petani Bersatu Indonesia maupun Kampung Hijrah akan terus saling berkolaborasi guna mendorong perbaikan nyata dan kedaulatan petani desa. (Hery S)