Warokan Bocil Meriahkan Tirakatan Dirgahayu RI Ke-78 Di Lereng Sumbing

Temanggung, SGN.Com - Desa-desa di lereng Gunung Sumbing sepanjang Rabu (16/8) malam riuh dengan tirakatan memperingati Hari Kemerdekaan RI Ke-78. Setiap desa menggelar panggung hiburan kesenian menambah semarak malam pitulasan. Salah satunya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Tlogomulyo.

Seni tradisional mendominasi panggung hiburan di desa. Sudah bukan rahasia lagi, kehidupan masyarakat lereng Gunung Sumbing maupun Gunung Sindoro subur dengan munculnya grup kesenian tradisional. Diperkirakan jumlah grup kesenian ribuan jumlahnya, mengingat jumlah desa di Kabupaten Temangung hampir tiga ratus desa. Grup kesenian tradisional tumbuh dari dusun-dusun setempat.

Jenis kesenian tradisional yang eksis regenerasinya adalah warokan, kuda lumping, gedruk, topeng ireng dan lain sebagainya. Di Desa Tanjungsari, Dusun Karanganom muncul tunas grup kesenian warokan anak-anak alias bocil. Grup warokan bocil ini memeriahkan Malam Tasyakuran Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke-78 di Villa Tanjungsari.

Warokan bocil turut tampil diantara jenis kesenian lain. Grup warokan terdiri dari tujuh bocil warga setempat yang masih belia, yakni Hero (5), Kenar (6), Monan (7), Umar (7), Candra (4), Adit (9) dan Arya (10). Selama dua bulan sebelum mentas, mereka berlatih mempersiapkan diri unjuk tarian yang dihadiri pejabat desa dan warga ini.

Endro Suprih Cahyo, seorang guru SD dan pelatih tari warokan bocil, mengungkapkan anak didiknya sepakat menari warokan dari keinginan mereka sendiri. Para bocil ini tentu sudah tertanam bakat terpendam soal tarian tradisional. Faktor lingkunganlah yang membentuk mereka menjadi anak yang awalnya menyukai seni tradisional dan kemudian ingin menjadi pemain tari.

Polesan ilmu tari Endro kepada anak-anak diserap dengan baik oleh psikomotorik mereka. Setiap gerakan tubuh, komposisi tari dan blocking tari cepat mudah diterima dan dipraktekkan anak-anak. Contohnya, bocil bernama Hero, yang sudah luwes gerakan tubuh atau gestur tubuhnya saat musik pengiring dimainkan.

Tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Hasil latihan rutin anak-anak lereng gunung ini membentuk konfigurasi grup tarian yang solid. Mereka kompak dan ekspresif penampilannya saat tampil di bawah panggung yang ditonton banyak orang. Tanpa grogi sedikit pun. 
Perias wajah untuk warokan bocil, dikreasikan oleh Nurwening. Karakteristik wajah anak-anak yang polos dirias dengan kombinasi warna oranye menyala dan hitam pekat. Semacam desain batik, wajah anak-anak bertransformasi lebih arstistik. Riasan inilah yang menambah spirit anak-anak saat menari.

Kepala Desa Tanjungsari Bandriyo SU, mengapresiasi penampilan warokan bocil. Udara musim kemarau yang dingin berhembus, tak menyurutkan semangat warokan bocil. Pihak desa mendorong tumbuhnya pelaku seni tradisional sejak dini. Bangsa Indonesia kuat dan bersatu karena budayanya yang beragam. Dirgahayu Republik Indonesia!. (Hery S)
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top