Temanggung, SGN.Com - Lapangan kecil di halaman depan rumah dinas Wakil Bupati Temanggung menjadi oase bahagia bagi ratusan penyandang difabel. Memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke-78, Wabup Heri Ibnu Wibowo menjadi inspektur upacara yang seluruh pelaksananya penyandang difabel, Kamis (17/8).
Sejak pagi pukul 6.30 WIB para difabel silih berganti datang ke rumdin Wabup. Mereka tergabung di dalam PPDI (Persatuan Penyandang Difabel Indonesia) Kabupaten Temangggung. Raut wajah kebahagiaan memancar dari mereka. Dipandu sejumlah orang, para tamu spesial ini berjalan tertatih namun terlihat begitu bersemangat hendak mengikuti upacara bendera.
Wabup Heri Ibnu Wibowo pada kesempatan langka ini, dirinyabmengenakan baju adat Madura warna hitam, daleman baju warna merah putih dan bersandal, plus dengan ikat kepala khasnya Pulau Garam. Istri Wabup yang juga merupakan anggota DPD RI, Denty Widi Ekapratiwi, bergaun kebaya putih berjarik merah muda nampak anggun dan sumringah. Keduanya ketamon ratusan penyandang difabel tuna netra, daksa, keterbelakangan mental, bisu dan tuli.
Wabup Wibowo berterimakasih peserta upacara datang dengan kondisi sehat dan selamat. "Beberapa hari dipergunakan untuk latihan atau gladi bersih upacara oleh teman-teman difabel. Ternyata mereka mampu dan bisa. Semangatnya luar biasa," kata Wabup Wibowo menjelang upacara.
Saat upacara dimulai, suara pembawa acara menggema dari pojok lapangan. Seorang perempuan duduk di kursi dan mengenakan kacamata hitam gelap. Rupanya si pembawa acara ini penyandang difabel tuna netra, namanya Miswanti, Ketua Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Kabupaten Temanggung. Dirinya lancar membacakan susunan acara dengan buku berhuruf braille.
Miswanti tak sendiri, beberapa teman difabel yang lain, hari itu menjadi pelaksana upacara. Ada yang berperan sebagai pengibar bendera Merah Putih. Kemudian yang lain membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan. Lalu, yang bertindak sebagai komandan upacara, Marsiana (Ketua KDDT), pria tengah baya yang salah satu tangannya adalah tangan buatan. Berpakaian ala pejuang 45, Marsiana bersuara lantang dan tegas memimpin jalannya upacara.
Pada isi pidatonya, Wabup Wibowo menyemangati peserta upacara dengan yel-yel Difabel Temanggung Kami Mampu Kami Bisa!
"Karya teman-teman difabel Temanggung kami nilai mampu menjadi kebanggaan kabupaten ini. Rasa patriotisme teman difabel yang mencurahkan jiwa raganya untuk bekerja demi kemajuan daerah. Kita harus fokus berjuang dan berkarya.
Masalah-masalah sosial di masyarakat seperti kriminalitas, kesenjangan ekonomi sosial, serta korupsi, menunjukkan bahwa bangsa ini masih banyak problem. Korupsi juga menjadi bukti bahwa pelakunya tidak mencintai Indonesia," kata Wibowo.
Pada kesempatan yang sama Wabup menyampaikan amanat Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. "Di peringatan HUT Kemerdekaan ini kita masih diberi nikmat kerukunan segenap warga bangsa Indonesia.
Kita patut berterimakasih kepada petani, berkat kerja keras petani, Jateng bisa surplus pangan. Demikian juga kepada buruh, PNS alim ulama, dan seluruh komponen masyarakat yang turut mendukung kemajuan kehidupan, lewat tugasnya masing-masing," kata Wibowo.
Usai upacara, Wabup mengungkapkan upacara ini membuatnya trenyuh dan salut atas semangat para difabel. "Teman-teman difabel dalam kesempatan lalu, mengusulkan kepada kami untuk menggelar upacara HUT RI Ke-78. Kami merasa terpanggil dengan permintaan ini.Lapangan kecil di rumdin akhirnya menjadi pilihan lokasi upacara," kata Wibowo mengkisahkan latar belakang kegiatan ini.
Anggota DPD RI Denty Widi Ekapratiwi menegaskan pihaknya mendukung kegiatan para difabel. Jumlah difabel di Kabupaten Temanggung yang ribuan orang, menurutnya, tidak boleh dipandang sebelah mata. "Kontribusi setiap warga pasti ada dan teman-teman difabel ini perlu diberikan ruang kegiatan dan advokasi, baik berupa dukungan usaha mandiri atau perlindungan fisik dari pihak lain yang merugikan mereka," terang Denty.
Denty pun berencana membentuk program dukungan dan perlindungan bagi penyandang difabel. Selaku DPD RI, dukungan kepada komunitas penyandang difabel bakal diwujudkan, lewat pendampingan penyandang difabel di setiap desa.
"Mereka berhak mendapatkan perlindungan, karena rentan terhadap tindak perundungan atau pelecehan seksual, misalnya. Kemerdekaan negeri ini patut pula dirasakan penyandang difabel," cetus Denty.
Pembina sekaligus pemerhati difabel, Anis Nugrahanto, menyambut baik kegiatan upacara bagi para difabel. Pihaknya merangkul Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia), KDT dan TBB (Tuli Bisu Bersenyum). "Komunitas difabel siap dan merasa diuwongke. Mereka punya rasa patriotisme yang besar," tutur Anis.
Kemeriahan di lokasi rumdin mirip Indonesia mini. Peserta upacara yang lain dari staf BPR Tunas Harapan Temanggung berpartisipasi dengan berpakaian adat se-Nusantara dari Aceh hingga Papua. Momen ini sangat menarik dan hampir tak pernah dijumpai di Kota Tembakau.
Ketua Dewan Pertimbangan PPDI H. Jundargo menjelaskan pihaknya sengaja meminta seluruh petugas upacara adalah penyandang difabel. Tujuannya, untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa para difabel masih menjadi komponen penting bangsa Indonesia dan mereka memiliki negeri ini. "Kami ingin terus berkontribusi positif bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta," kata Jundargo.
Tak hanya upacara bendera, para penyandang difabel memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-78 dengan berbagai lomba, yakni makan krupuk, biskuit dan pukul air. Sorak sorai membuncah pada diri para penyandang difabel, menyoraki rekan mereka saat gigih berlomba. Tak ada kesan keluh kesah, di halaman rumdin itu, menjadi saksi bahwa mereka mampu dan bisa bahagia. (Hery S)