Marsiana, Barista Difabel Temukan Arti Bahagia Di Kopi Keliling

KOPI KHAS TEMANGGUNG : Barista difabel, Marsiana (57) menyeduhkan kopi khas Temanggung diatas sepeda motor roda tiganya di halaman kantor DPRD Kabupaten Temanggung. Dengan usaha mandirinya menjual minuman berbagai varian kopi dan makanan, penerima bantuan Kemensos ini teguh mencari rejeki untuk keluarga. Foto : Hery Setyadi




Temanggung, SGN.com - Hembusan sejuknya angin kemarau di bulan Agustus dirasakan lebih dingin bagi warga Temanggung. Sebuah sepeda motor beroda tiga memasuki area parkir kantor DPRD Kabupaten Temanggung. Si pengendaranya, turun motor dan membuka penutup kaca di bak bagian belakang motor. Dia Marsiana, pria berusia 57 tahun.

Selangkah kemudian, dia menata rapi deretan gelas warna coklat terbuat dari kertas. Di atas meja lipat yang menyatu dengan bak belakang motornya, satu persatu gelas kertas diseduhi air panas yang didalamnya tercium aroma kopi.

Marsiana  rupanya sedang menyiapkan seduhan kopi bagi pembelinya. Marsiana adalah difabel tuna daksa yang tak memiliki tangan kiri. Barangkali ini satu-satunya barista difabel di Kota Tembakau. 

Pria yang pembawaannya tenang, kalem, namun ramah senyuman ketika menyeduhkan kopi bagi pembelinya. "Saya bawa armada kopi keliling kesini (red- DPRD) karena ada kumpulan teman-teman sesama difabel. Sekalian saya siapkan tempat jualan untuk ngopi bareng," kata Marsiana yang sudah tiga tahun berjualan minuman kopi.

Warga Dusun Papoan, Kelurahan Madureso, Kecamatan Temanggung ini mendapatkan ide mengelilingkan kopi, pasca dirinya keluar dari pekerjaan di sebuah perusahaan kontraktor. 

"Saya sudah melewati masa-masa bekerja ikut orang lain. Disitu tiada kebebasan mengembangkan ide-ide kita sendiri. Oleh karena itu, saya memilih berjualan kopi keliling. Dengan cara ini, saya menemukan arti bahagia. Saya bisa bertemu banyak orang dan membahagiakan orang yang minum kopi," ujarnya.

Ada yang berbeda sejak setahun terakhir ini Marsiana menggeluti kopi keliling. Bapak dua anak yang biasanya mangkal di samping kantor Mapolres Temanggung ini, kadang keliling ke kecamatan lain, Kandangan misalnya. Tujuannya untuk mencari suasana lain ketika berjualan kopi.

Dengan berjualan keliling bersama motor roda tiganya, dia bisa karaokea di jalan, katanya sambil menunjuk seperangkat pengeras suara musik di bawah tempat dagangannya. Marsiana menemukan berkah dari tekadnya bermandiri kerja. Dia dapat bantuan motor roda tiga plus gerobaknya dari Kemensos.

Di bagian penutup depan motor tersebut terpampang tulisan KOPI "ketika otak penuh inspirasi". Marsiana sering mendapat undangan dari berbagai instansi untuk buka stand dadakan di event yang diadakan instansi.

"Selepas ikut kerja dengan orang lain, sekarang saya lebih free dan bisa menemukan diri sendiri yang lebih kreatif. Maju mundurnya usaha ini, karena kemauan untuk melangkah. Rejeki memang harus dijemput," tuturnya. 

Sambil mengucurkan seduhan kopi dengan kedua tangannya yang salah satunya tangan palsu, Marsiana ingin terus melangkah, terus keliling agar rejekinya terjemput.

Di beberapa dinas instansi jika ada acara biasa ada sesi ngobar atau ngopi bareng. Celah inilah yang dia gunakan untuk buka lapak kopi dadakan. Dengan cara berkeliling, Marsiana punya tujuan mulia rupanya, yakni ingin memperkenalkan kopi asli Temanggung yang kualitasnya sangat bagus, entah itu ysng robusta atau arabika.

Baginya, saat berkeliling, bukan soal jauhnya jarak yang ditempuh, namun dia mencari tujuan tempat berjualan yang memang prospek untuk dijajakan kopi keliling.
Kopi yang dijual awal kopi sasetan. 

Kemudian waktu berjalan, ternyata di Temanggung punya banyak varian kopi unggulan, hingga akhirnya Marsiana ikut memperkenalkan kopi khas Temanggung kepada konsumen. 
"Kadang warga Temanggung sendiri tidak tahu ada kopi khas Temanggung," ungkap bapak dari tiga anak, yang bungsu perempuan kelas 4 SD, anak pertama usia 23 tahun, dan anak keduanya 19 tahun.Marsiana adalah difabel bawaan dari dia lahir, Tangan sebelah kirinya buntung, Sejak kecil dirinya merasa memiliki keterbatasan. 

Beranjak dewasa, dengan kondisi fisik demikian, dia berat hati  punya keinginan punya pacar, jadi istri dan membangun rasa percaya diri. Hingga Marsiana mengetahui, bahwa di Temanggung teryata tidak hanya dirinya yang memiliki kekurangan. 

"Kita-kita ini sebenarya punya suatu keistimewaan. Kita justru punya kemampuan yang tidak dimiliki orang normal. Buktinya banyak teman sesama difabel yang bisa mandiri dengan usahanya masing-masing," terang 
Marsiana yang menyandang sebagai Ketua KDDT (Komunitas Difabel Daksa Temanggung). 

Marsiana kini layak disematkan di dadanya sebagai seorang  barista. Diapun adalah penerima bantuan program Kemensos RI Sentra Terpadu Inten Soeweno Tahun 2022. (Hery S)
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top