Air Suci Waisak Diambil Dari Tempat Kelestarian Alam Terjaga

AIR BERKAH WAISAK : Para bhikkhu mengikuti prosesi pengambilan air suci di Umbul Jumprit, Temanggung Sabtu (3/6), untuk diwadahi kendi dan guci guna disakralkan di Candi Mendut dan Candi Borobudur. Sebagai kawasan hutan yang berada di bawah tanggungjawab Perhutani, kawasan ini mendapatkan perhatian khusus untuk tetap lestari. Foto-foto : Hery Setyadi



Temanggung, SGN.com - Perhatian masyarakat atau umat Buddha  sedang tertuju pada Perayaan Waisak di Candi Mendut dan Candi Borobudur, hari Minggu (4/6) besok. 
Namun ada salah satu sumber perhatian yang paling dirasakan dalam serangkaian perayaan itu, yakni air suci Waisak.

Kenapa prosesi Waisak di kedua candi umat Buddha diambilkan dari Umbul Jumprit di lereng Gunung Sindoro, Temanggung? SGN.com mengulas dari fakta bahwa sumber mata air disini istimewa. Lokasi Umbul Jumprit yang terjaga kelestariannya, dinaungi pepohonan pinus dan jenis lainnya. 

Kawasan Jumprit ini, menurut keterangan Asper/KBKPH Perhutani  Kedu Utara, Bambang Haryadi, berada di kawasan hutan Perhutani tepatnya di Petak di 8a RPH Kwadungan BKPH Temanggung. Kawasan ini terproteksi dengan landsekap hutan yang terjaga kelestariannya. 
Menurut Bambang, pihaknya mempunyai perhatian penting terhadap kawasan Umbul Jumprit yang notabene merupakan hulu utama dari Sungai Progo. 

Sungai terbesar di Temanggung ini menjadi urat nadi kehidupan bagi banyak kabupaten yang dilewati yakni Temanggung, Magelang lalu Kulonprogo Yogyakarta hingga bermuara di Laut Selatan. Tentu, sebagai pemangku kepentingan, Perhutani berkewajiban menjaganya sebagai kawasan lestari, yang menentukan harmoni lingkungan secara luas, papar Asper Perhutani Bambang Haryadi di sela-sela pengamanan prosesi pengambilan Air Berkah Waisak bersama anggotanya di Umbul Jumprit, Sabtu (3/6).

Umbul Jumprit memang bukanlah air biasa. Bagi Umat Buddha, air Umbul Jumprit dianggap sebagai air suci pembersih jiwa manusia. Harapan pengambilan air suci ini untuk seluruh manusia di dunia agar sadar bahwa jiwa ini bagaikan jiwa Sang Buddha. Penuh cinta kasih tanpa memandang aliran dan agama.

Berada di bawah sebuah gua, dinaungi pohon besar yang teduh. Mata air ini tidak pernah kering meski saat kemarau panjang menghampiri. Mata air yang terletak di lereng Gunung Sindoro menjadi sumber air bagi Sungai Progo. Letaknya yang berada di ketinggian 2.100 meter dpl membuat mata air ini tetap dingin meski saat siang hari.

Situs Umbul Jumprit merupakan situs suci bagi aliran kepercayaan maupun agama Buddha. Situs ini merupakan salah satu tempat semedi bagi biksu ataupun umat awam. Banyak peziarah makam Ki Jumprit yang letaknya dekat dengan Umbul Jumprit melanjutkan bermeditasi dan mandi kungkum.

Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sejak awal 1980-an, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit.
Jumprit sudah disebutkan dalam Serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung.

Jika berkunjung ke Umbul Jumprit, pelancong akan melihat kera. Kera di kawasan ini dipercaya sebagai keturunan Ki Dipo, yaitu monyet yang menemani Ki Jumprit bertapa, dengan seekor kera betina dari Pegunungan Pleret.

Terlepas dari mitos yang beredar, yang jelas Umbul Jumprit adalah sumber mata air sungai Progo yang tidak pernah kering meskipun musim kemarau. Pemandangan alamnya pun indah, dengan hutan pinus yang membentang dan udara segar yang baik untuk kesehatan.

"Belantara pepohonan dan letaknya yang berada di lereng Sindoro membuat hawa panas sepertinya enggan menyapa tempat tersebut. Wisatawan juga bisa bersua dengan sekawanan burung di alam bebas, yang akan selalu menyambut dengan ocehan yang saling bersahutan. Semoga kawasan hutan ini terus terjaga untuk anak cucu kita," pungkas Bambang Haryadi. (Hery S)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top