MBOYONG KUPAT : Masyarakat lereng Gunung Sumbing di Kabupaten Magelang mengusung gunungan kupat dalam peringatan Lebaran Syawalan 2023. Makna kupat adalah simbol yang berarti 'ngaku lepat' atau mengakui kesalahan. Foto : MFaes/Kontributor/Hery S
Magelang, SGN.com - Perayaan hari Lebaran khusus bagi masyarakat Jawa dan bagi umumnya masyarakat Indonesia, mempunyai makna dalam penguat jati diri sebagai manusia. Tak heran setiap perayaan Lebaran selalu dimanifestasikan oleh masyarakat dengan genggap gempita saat tradisi mudik.
Lebaran dirayakan secara panjang durasi waktunya. Dari Lebaran yang lazim yakni ba'da dan disambung dengan ba'da kupat dalam tradisi di Jawa.
Ini tak lepas dari filosofi ketupat, yakni sejarah Sunan Kalijaga yang pertama kalinya memperkenalkan di masyarakat Jawa. Kupat diasosiasikan sebagai pengakuan atas segala kesalahan atau dalam filosofi Jawa sebagai 'ngaku lepat'. Dimaknai sebagai pengakuan diri manusia tempatnya salah dan berani meminta maaf.
Sunan Kalijaga membudayakan dua kali ba'da ,yaitu bakda lebaran dan bakda kupat yang dimulai seminggu sesudah lebaran.
Dalam filosofi Jawa, ketupat atau kupat memiliki makna khusus, kependekan dari ngaku lepat dan lalu papat.
Ngaku lepat adalah tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku tepat (mengakui kesalahannya) bagi orang Jawa.
Sedangkan sungkeman mengajarkan bahwa pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati,memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku papat terdiri dari lebaran, luberan, leburan, laburan. Kalau lebaran berarti sudah usai, menandakan berakhirnya Bulan puasa, luberan adalah,meluber atau melimpah, dalam ajakan bersedekah untuk kaum fakir miskin, agar memberikan zakat fitrah, leburan yaitu sudah habis lebur yang bermaksud dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat manusia dituntut untuk saling memaafkan pada sesama, dan laburan berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air, maupun pemutih dinding, supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir batinnya.
Kupat makanan yang terbuat dari bahan dasar beras, yang dibungkus dengan janur kelapa dan bentuknya segi empat.
Menurut sejarahnya, janur diambil dari bahasa Arab telah datang cahaya (Ja'a Nur).
Sementara bentuk fisik kupat segi empatnya, ibarat hati manusia, sudah mengakui kesalahannya.
Maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti Isinya putih bersih, membuang rasa iri dengki, karena hatinya sudah dibungkus cahaya (Ja'a Nur).
Semoga Lebaran 2023 menjadi awalan baru bagi perbaikan sifat dan perilaku bangsa dan masyarakat Indonesia. Untuk saling mengasihi dan menghormati antar sesama. (Hery S)