teks foto : Perahu mini-berisi aneka macam sesajian yang akan dilarung di laut seputar Pantai Kartini Jepara. Sesaji antara lain kepala kerbau yang diusung dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ke laut bebas dalam rangka perayaan Lomban di Jepara, Sabtu (29/4/2023) Foto Kominfo Jepara. Lopis Raksasa di Pekalongan-
Foto istimewa
Kudus, SGN.com- Di sepanjang pantai utara Jawa Tengah. Sejak dari wilayah Kabupaten Brebes hingga Kabupaten Rembang, Sabtu ( 29/4/2023) berlangsung ritual hingga perayaan dalam rangka menyambut bada kupat atau kupatan atau syawalan.
Diantaranya ritual Lomban yang dipusatkan di seputar Pantai dan Taman Rekreasi Kartini kota Jepara. Melibatkan lebih dari 100 perahu bermesin, ratusan nelayan dan dihadiri puluhan ribu warga yang berdatangan tidak hanya dari Kota Ukir, tetapi juga dari kabupaten/kota tetangga.
Tradisi Lomban, konon untuk pertamakalinya diliput media berbahasa Melayu, Slompret yang berkantor pusat di Semarang dan dimuat pada penerbitan tanggal 12 dan 17 Agustus 1893. Atau sejak sekitar 130 tahun terakhir.
Dan terhitung sejak tahun 2020, tradisi Lomban telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Departemen Pendidikan Republik Indonesia.
Bersaman itu juga tradisi Perang Obor Desa Kesambi dan Jembul Tulakan keduanya di wilayah Jepara juga ditetapkan sebagai WBTB. Bahkan lima tahun sebelumnya ukiran Jepara juga ditetapkan sebagai WBTB.
Pemkab Jepara, lewat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga telah mengusulkan dalam tahun 2022, kerajinan ldalami Macan Kurung , Emprak, Kentrung dan makanan tradisonal horog horog .
Di Dukuh Sumber Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kudus, juga digelar tradisi Bulusan. Berupa kirab yang diikuti sejumlah komunitas dengan menampilkan berbagai bentuk seni budaya, Terkait dengan cerita rakyat Sendang Bulusan dan Mbah Dudho. Diramaikan dengan hadirnya puluhan pedagang kaki lima dengan aneka jenis dagangannya. Juga sejumlah arena permainan.
Di Pekalongan menurut SGN.com, tradisi syawalan yang tergolong unik berlangsung di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan yaitu memotong lopis raksasa.Pada Festival Lopis 2023 ini, ada dua lopis raksasa dengan berat 1.830 kilogram gram, berdiameter 250 sentimeter, dan tinggi 223 sentimeter yang dibuat warga Krapyak Kidul Gang 8.
Demikian pula, warga Krapyak Lor Gang 1 juga tidak mau kalah untuk menyambut perayaan Syawalan 1444 Hijriah dengan membuat lopis berukuran 2.125 kilogram.Antusias masyarakat, baik dari warga Kota Pekalongan maupun daerah lain, untuk berkunjung ke lokasi festival lopis raksasa di Kelurahan Krapyak sangat tinggi.
Mereka datang untuk sekadar mencicipi makanan yang terbuat dari campuran beras ketan dan kelapa itu.Lopis ini diyakini masyarakat sebagai simbol persatuan karena teksturnya yang lengket dan saling menyatu. Tidak sekadar menawarkan lopis saja, Warga Krapyak juga menyuguhkan sejumlah makanan ringan dan minuman secara gratis pada warga yang datang bertamu.
"Sementara di Rembang, digelar Kirab grebeg kupatan Di awali rangkaian kirab gunungan. Disambung pentas tari syawalan, pencak silat, thong-thong lek dan seni barongan.
Dimulai sekitar pukul 09.30, dari halaman kantor bupati menuju komplek Taman Kartini yang berjarak kurang dari satu kilometer Gunungan berisi kupat, lepet, jagung dan terong yang ditandu, menuju TRP Taman Kartini, yang berjarak kurang dari satu kilometer.Gunungan ditandu perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). (Sup)