Calon Sekdes Klumpit Anak “Tukang Cetak Bata”

teks foto (1) Amanda Oktaviani  calon Sekdes Klumpit Gebog Kudus. (2) Keluarga Santoso pengrajin bata. Foto dari album Sup


Kudus, SGN.com- Tidak disangka,Amanda Oktaviani calon Sekretaris Desa (Sekdes) Klumpit Kecamatan Gebog Kudus ini profesi ayahnya yang bernama Santoso adalah tukang cetak bata- pengrajin bata. Sedang ibunya juga seorang buruh rokok.

Namun  Manda, sapaan akrab Amanda Oktaviani, telah menyelesaikan kuliahnya —strata 1 (S1) di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. “Bahkan sejak sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) selalu juara kelas. Termasuk saat kuliah, sehingga memperoleh bea siswa. Dengan demikian ngenteng entengi beban orang  tua seperti kami ini” tutur Santoso, yang tinggal di Dukuh Grobog Desa Klumpit, Selasa siang ( 28/2/2023).

Rumahnya tergolong kecil. Di ruang tamunya tidak ada meja-kursi seperti pada umumnya. Sebagai penggantinya terdapat beberapa lembar “tikar”, yang bisa dengan mudah digulung. Namun lantainya sudah berkeramik. Bersih dan kinclong. Begitu pula dindingnya.  “Ini anak saya Manda Pak dan ini foto keluarga. Saya, isteri dan tiga orang anak yang semuanya perempuan. Manda anak pertama” ujar Santoso mengambil dua  bingkai foto dari tembok ruang tamu yang kemudian ditunjukkan kepada SGN.com.

Manda siang itu tidak di rumah, karena tengah bekerja di perusahaan swasta di Jepara.  “Sejak selesai kuliah ia bekerja. Setiap hari berangkat sekitar pukul 07.00 WIB. Kemudian pulang kembali ke rumah sekitar pukul 17.00 WIB. Saat ada lowongan kerja perangkat desa, Manda ikut seleksi dan hasilnya di urutan pertama dengan nilai 395,05. Kami sekeluarga tentu saja senang mendengarnya. Mudah-mudahan segera bisa dilantik” tambah Santoso.

Manda sendiri saat dihubungi via Whatsapp (WA) sempat merespon , tapi akhirnya tidak mau-menolak untuk diwawacarai. Ini bisa dimaklumi, karena sejumlah calon sekdes dan calon perangkat desa lainnya yang semuanya perempuan, saat  hendak ditemui juga mengelak secara halus.

Namun terlepas dari hal tersebut, keberhasilan Manda untuk meraih nilai tertinggi merupakan salah satu bukti dari latar belakang pendidikannya. Lalu kedua orang tuanya hanya buruh cetak bata dan buruh rokok. Selama ini isyu santer, mereka yang bakal lulus dalam ujian perangkat desa lebih dahulu sudah ditentukan. Dan konon telah membayar ratusan juta rupiah dan dijamin oknum pejabat. Atau adanya persekongkolan  sejumlah oknum dari tingkat desa , kecamatan, kabupaten hingga perguruan tinggi. 

Ternyata hasil pelacakan Dupanew- khususnya dari hasil akhir yang diumumkan pihak perguruan tinggi- dalam hal ini Universitas Pajajaran Bandung bertolak belakang. Mereka yang menduduki urutan pertama adalah berdasarkan hasil dari sumber daya manusianya (SDM)- bukan karena factor kemampuan membayar atau kongkalingkong.Manda, gadis kelahiran 15 Oktober 2000 ini sudah membuktikannya.(Sup)
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top