Kudus, SGN.com- Salah satu Ulama besar tingkat Nasional saat Era Para Pahlawan bisa kita sebut USTADZ UMAR HUBEIS. Beliau kelahiran Jakarta 1904 M dan kemudian aktif sebagai pengajar dibawah bimbingan as- Syeikh Ahmad as-Surkati al anshari.
Dan pada usia 18 tahun beliau sudah menjadi Kepala Madrasah al- Irsyad Surabaya.Prestasi sosial politiknya menanjak sehingga tahun 1947 tercatat sebagai Anggota Komite Nasional Pusat ( KNP).Terus melejit sampai berposisi sebagai anggota Parlemen (DPR) RI tahun 1959.
Ternyata ,Ustadz Umar Hubeis bukan hanya ulama ,politisi, tapi juga tokoh pendidikan umum, yg tidak kecil sumbangan pengabdiannya untuk Indonesia.
Terbukti pada 1957,bersama Gubernur Jatim,Samadikun, beliau mendirikan Yayasan Perguruan Tinggi Surabaya.Dan Yayasan ini kemudian membuka Fakultas Hukum- yang merupakan cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
Progresifitasnya di bidang politik, keulamaannya, serta kesungguhan memajukan pendidikan nasional, membuahkan kepercayaan para akademika pada Umar Hubeis. Beliau pun tahun tahun berikutnya menjadi Guru Besar di ITS ( Institut Teknologi Surabaya), Guru Besar di Fak.Ekonomi dan Hukum UNAIR, serta Guru Besar di Universitas Al-Irsyad Surakarta.Namun, jabatan dan gelar-gelar itu tidak menggoyahkan prinsip dan misi beliau.
Tetap saja beliau Istiqomah sebagai mubaligh. Menulis
kitab dan berbagai tulisan lainnya sebagai kewajiban dakwah.Kitab FATAWA ini diterbitkan oleh PP. Al-IRSYAD AL-ISLAMIYAH, disaat kepemimpinan Ketua Umum Ustadz ABDULLAH DJAIDI.
Kitab setebal 306 halaman ini, diawali dengan Muqadimah yg substansinya menggelitik yaitu Umar Hubeis mengajak dialog dengan pertanyaan APAKAH UMAT ISLAM INDONESIA SUDAH BERSATU. Bagaimana jawaban kita.Bisa - sudah , bisa belum kan. Itulah klas pertanyaan profesor.
Beliau panjang mengurai yang diujungnya menyampaikan pendapat bahwa untuk memelihara persatuan dan ukhuwwah Islamiyyah diantara kita (umat Islam ) caranya - bila ada soal soal baru hendaklah menghadapinya dg tenang dan lapang dada.Dibahas bersama sama, hingga menghasilkan kesatuan pendapat.
Kemudian hendaklah kita bertasamuh, bertoleransi. Beliau tegaskan, toleransi yg dimaksud bukan kompromi dalam hal-hal prinsip. Namun bersikap saling menghormati, seperti yg beliau ketahui tahun 1941- sebelum proklamasi RI- Orpol dan Ormas Islam berkomitmen dalam MIAI ( Majlis Islam A'la Indonesia). Itu sangat bersejarah, kata beliau ( lihat ,hal 10).
Pada bagian_ bagian lain kitab ini semua memuat tanya jawab. Kendatipun konten tulisan beliau ini tahun 1970an , karena beliau berpulang tahun 1979. Namun tetap relevan hingga kapanpun ,sebab jawabannya selalu universal.
Contohnya, dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi dalam shalat berjamaah,sang Imam tidak fasih bacaannya pakaian dan badannya kotor. Kita bertanya sholat jamaah tersebut SAH atau tidak.
Jawaban Ustadz Umar Hubeis, SAH. Semua kekurangannya tanggungan Imam sendiri dan para Makmum yg mengangkat Imam tersebut turut menanggung dosa ( hal.74).
Kitab ini cetakan lux, sehingga enak pegangannya. Dan walaupun tebal tetapi kita bisa cepat selesai membaca serta mudah memahaminya.
Ada bagian lain dalam kitab ini yg memuat tanya jawab yg kelihatan - ringan ringan- tapi enak dicerna yaitu pembahasan Kematian,Jenazah dan Kubur . Ada pertanyaan, bagaimana hukumnya
membaca talkin buat mayit.
Jawaban Ustadz Umar Hubeis jelas. Demikian kurang lebihnya, bahwa hadits Abi Umamah al- bahili adalah satu satunya hadits yg berkenaan dg talkin sesudah mayat dikubur.Sanadnya dhaif Dan Rosulullah pun belum pernah melakukan talkin.Jelas bukan.
Banyak pembahasan dan dialog membuat kita KEPO , seperti , apa dan bagaimana sebenarnya planet selain bumi kita sekarang. Siapakah penghuni planet lain.
Ada lagi yg mungkin relevan tahun 2023 yaitu apa Hukuman bagi seorang pembunuh. Naah, ada Polisi Jendral menghabisi nyawa krucuknya. Hakim Ketua memutuskan Hukuman mati.
Bisa jadi Hakim yg memvonis Fredy Sambo ,juga sudah membaca karya Ustadz Umar Hubeis.Kitab ini sangat baik utk literasi para Ustadz, terlebih Ustadz muda,Ustadz milenial yg sekarang sudah ratusan ribu di tanah air kita ini ( Bin S).(arwani)