Mikul Dhuwur , Mendhem Jero Wartawan Sepuh di Kudus

Kudus, SGN.com— Langkah Ketua Lembaga Wartawan Indonesia (LWI) Kabupaten Kudus, Sutrisno, untuk memberikan piagam penghargaan kepada lima wartawan “sepuh” di Kudus- bagai mikul dhuwur-mendhem jero. Ungkapan —peribahasa Jawa yang artinya —maknanya menjunjung tinggi derajat orang tua dan menutupi kekurangan aib keluarga. 

Menjunjung tinggi derajat orang tua bisa dengan menunjukan kelebihan, kebaikan , dan prestasi keluarga. Sekaligus bentuk perintah tidak langsung kepada kaum muda untuk senantiasa membanggakan, menghormati  dan menghargai orajg tua .

Kelima wartawan tersebut :Soleh AK (pensiunan Harian Suara Merdeka), Bandelan Amarudin (pensiunan majalah Tempo), Bachtiar S  (pensiunan mingguan Dharma), Ny Karyati dan Suprapto (pensiunan Harian Kompas).

Dari kelima wartawan itu, hanya  seorang yang datang pada acara penyerahan  piagam yang berlangsung di Balai Wartawan /LWI, komplek perkantoran Jalan Mejobo Sabtu malam (11/2/2023) yaitu Ny Karyati.  Sedang Bachtiar diwakili anak perempuanny, tiga orang lainnya tidak hadir karena ada acara lain.

Sebenarnya ada rekan seangkatan lima wartawan ini. Seperti Alex Aklis (Harian Pikiran Rakyat),  Ali Manyur ( majalah mingguan), Andi Astakona ( majalah mingguan) dan yang lebih muda : Agung Suprio (Harian Kedaulatan Rakyat),  Darmanto Nugroho ( Harian Sore Wawasan), Tri ( Mingguan Sinar Tani).  Termasuk  yang lebih senior Soenarto AY. Mereka sudah mendahalui kita- tinggal di surga.  

Lalu ada pula yang juga sempat menjadi penulis seperti Toto Yuliadi yang meninggal di Tanah Suci Mekah. Dan masih banyak sahabat saya di Kudus  yang juga sempat menjalankan profesinya sebagai wartawan.

Meski saya tidak bisa hadir, tapi Sabtu sore dan hari hari sebelumnya saya sempat ngobrol banyak dengan Sutrisno — yang menyebut dirinya Sutris pendek. Saya sudah  beberapa tahun terakhir tidak bertemu langsung maupun hanya sekedar telepon. Baru sekitar seminggu sebelum peringatan Hari Pers Nasional  (HPN) 2023 saya dikontak mas Tris biasa saya panggil.

Dan sambil ngomong ngalor ngidul sembari disuguhi kopi panas dalam gelas plastik warna putih, mas Tris memberikan selembar undangan berwarna dengan logo HPN 2023 dan LWI DPC Kabupaten Kudus.  

Kemudian terlihat  tulisan diantaranya : Silaturahmi  & Reuni Tokoh Pers Kudus”.” Undangan sudah mulai diedarkan, termasuk wartawan senior-sepuh di Kudus. Nanti biar “beliau-beliaunya” mengisahkan “kewartawanannya” di masa lalu. Ada hiburan ndhangdhutan untuk yang muda muda,” tambahnya.

Saya pun  sempat diwawancarai dan disiarkan langsung selama sekitar 30 menit. Tentu saja menyangkut  “kehidupan saya sebagai jurnalis” dan saya dianggap juga sebagai tokoh pers di Kudus.Saya sempat mengisahkan ketika dua kali nyaris dibunuh, sempat nyaris “ditindak” Panglima ABRI dan sejumlah “kenangan lain” yang tak terlupakan .

LWI meski lama sudah berdiri, tapi sampai sekarang belum “diakui” Dewan Pers. Baru sebatas Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Pewarta Foto Indonesia (PFI).

Khusus keberadaan LWI di Kudus sudah  tampil secara resmi awal 2013 dan  sudah empat kali ganti ketua. Dan umumnya anggota LWI adalah wartawan  Koran/majalah mingguan, tengah bulanan, bulanan dan pada tahun tahun terakhir bertambah dari unsur media sosial-media online.

Selain itu, baru ini kali LWI merayakan ulang tahun sembari memberi piagam penghargaan kepada wartawan senior-sepuh di Kudus. Saya yang menjadi anggota PWI sejak tahun 1983 sampai dengan  ulang tahun HPN 2023, malah belum pernah diberikan penghargaan semacam ini. Alih alih penghargaan, undangan tertulis atau lesan pun “nyaris tidak terdengar”.  

Saya pun sudah berkiprah menjadi wartawan- dalam pengertian memperoleh Kartu Anggota Anggota dari perusahaan pers yang terdaftar-diakui- tidak melanggar undang undang dan aktif menulis sejak tahun 1975. Paling lama di Kompas sekitar 34 tahun dan ketika pensiuan tahun 2010, berhenti sekitar setahun, lalu tetap aktif menulis hingga usia saya yang ke -73 tahun. 

Dan saya tidak tahun kapan saya akan berhenti menulis- berhenti berkarya. Saya juga masih harus belajar dan  masih berusaha untuk tetap independen dan tetap berusaha untuk jujur. Tentu saja  saya juga setuju ketika HPN 2023 mengusung tema Pers Merdeka, demokrasi, bermartabat. Terimakasih mas Tris dan LWI Kudus. Tuhan memberkati .(Sup)
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top