teks foto dari bawah ke atas. Mangkrak dua unit pompa air Kali Kencing Desa Jati Wetan Jati Kudus. Peran BBWS Pemali Juwana, mengoperasikan satu unit pompa air lengkap di seputar Kali Kencing/Jembatan Tanggul Angin/Sungai Wulan. Menyusut debit air Sungai Kencing Jati Wetan setelah sepanjang 24 jam disedot pompa air per Minggu 15/1/2023. Enceng gondok memenuhi alur Sungai Ngemplak. Foto Sup
Kudus,SGN.com- Kunjungan kerja Menteri Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Basuki Hsdimuljono di Kudus (12/1/2023) selain sangat bermanfaat besar bagi banyak pihak. Terutama yang terkait dengan bencana banjir. Tapi secara tidak langsung juga bisa diterjemahkan “menampar” pemerintah kabupaten (Pemkab) Kudus.
Khususnya tentang pembangunan/pengadaan pompa air di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati. "Kapasitas pompanya akan kita tingkatkan 10 kali lipat dari hanya 500 liter/detik menjadi 4.500 atau 5.000 liter/detik untuk menangani banjir kawasan seluas sekitar 9 kilometer persegi.Pekerjaannya akan dimulai dan juga selesai tahun ini tanpa harus memperluas rumah pompa yang saat ini ada sehingga tidak perlu pembebasan lahan," tegas PUPR.
Pemkab Kudus melalui Dinas PUPR pada tahun anggaran 2007 sudah membangun satu unit pompa air. Lokasinya persis di atas “mulut pintu “ masuk aliran Sungai Kencing. Atau di tepi luar tanggul Sungai Wulan, beberapa meter sebelah timur Jembatan Tanggul Angin. Biayanya Rp 76 juta.
Tapi hanya sempat beberapa kali dioperasikan. Selanjutnya nganggur-tidak berfungsi.
Kemudian pada tahun anggaran 2014 dibangunl satu unit lagi. Lokasinya sekitar 30 meteran dari lokasi lama.
Daya sedotannya ditingkatkan menjadi 450 meter kubik per detik. Tidak menggunakan pralon, tapi dua pipa besi berukuran panjang masing masing 8 meter dan setiap pipa berdiameter 30 centimeter.
Kepala Dinas PUPR waktu itu, Samani Intakoris sangat yakin pompa itu tersebut mampu mengatasi genangan air di pemukiman penduduk di seputar Dukuh Kencing.Tapi kenyataannya setiap kali hujan deras pemukiman warga tetap tergenang air.
Paling akhir di awal tahun 2021, ketika wilayah Jati Wetan kembali diterjang banjir, pompa air itu samasekali tidak berkutik. Selain memang daya sedotnya relative kecil, sering “rewel”/macet dan yang “memalukan” tidak disiapkan dana pembelian untuk bahan bakarnya. Dalam hal ini solar .
Ketika dalam kondisi “panik” tersebut beruntung muncul satu tim dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana ke lokasi. Lengkap mesin pompa, pipa dan sebagainya. Langsung dirakit dan ditempatkan di dekat bangunan pompa lama (pompa pertama).
Pompa berkekuatan sekitar 500 — 650 meter kubik/detik dan dilengkapi dengan sekitar tujuh selang berdiameter masing masing sekitar 15 centimeter ini langsung bekerja. Sehingga genangan air dapat diturunkan secara signifikan.
Setahun kemudian, Dinas PUPR Kudus kembali membangun pompa air dan perlengkapan. Berdampingan dengan lokasi bangunan pompa air yang kedua. Biayanya lumayan besar Rp 2,5 miliar.
Tapi saat Dukuh Kencing diterjang banjir lagi sejak 31 Desember 2022, hingga Minggu ( 15/1/2023). Bangunan hasil karya Dinas PUPR Kudus yang dibiayai dari APBD Kudus 2022 tetap loyo.
Bahkan dua pintu tempat penyimpanan mesin “digembok”. Tidak ada seorang pun petugas PUPR yang “piket” di sana. Malah halaman bangunan pompa air nampak dimanfaatkan parkir dua mobil milik warga.
Sementara tim dari BBWS Pemali Juwana, sejak Rabu lalu ( 18/1/2023) kembali beraksi dengan sebuah ,mesin pompa, beberapa selang air, dua mobil dinas dan perlengkapannya. Serta beberapa orang anggota tim. Nampak juga ada sebuah tenda kecil sederhana.
Saat ditemui, umumnya anggota tim tengah duduk di atas kursi kayu, yang mengelilingi beberapa meja panjang. Di atasnya terlihat makanan kecil dan minuman.
Lokasinya di bawah kolong jembatan Tanggul Angin dengan lalulintas padat hampir sepanjang hari-malam. Terlihat Sungai Wulan yang kini terus menurun debitnya. “Saat kami datang hari pertama ketinggian air di Kali Kencing seputar pompa masih 70 centimeter. Pada posisi Minggu siang ( 15/1/2023) berkurang menjadi 30 centimeter,” ujar salah satu diantara petugas sambil memperlihatkan catatan/data tertulis tentang ketinggian air yang ditangani.
Dari data yang dihimpun SGN.com, sejak 2007, saat kali pertama pompa air dioperasikan, maka untuk mengatasi genangan banjir di Dukuh Kencing dan sekitarnya baru bakal dibuktikan pada tahun 2023 melalui campur tangan langsung Menteri PUPR Basuki. Setelah kapasitas mesin pompa dinaikkan menjadi 10 kali lipat.
Pompa air berkapasitas 10 kali lipat tersebut tidak aka nada artinya, jika tidak disiapkan kebutuhan pokoknya berupa solar. Sehingga akan lebih baik, mulai saat ini Bupati Kudus dengan Dinas PUPR, maupun DPRD mulai mempersiapkan dana rutin untuk pembelian solar hingga pengadaan suku cadang.
Bahkan juga diiringi dengan normalisasi sungai, perbaikan/pembenahan jaringan anak sungai, selokan, gorong gorong. Termasuk pintu-pintunya dan membangun biopori, sumur resapan, segaran( embung) dan sebagainya.Terutama dari daerah “atas” hingga daerah aliran sungai (DAS).
Dari mencermati peta sungai di Kabupaten Kudus, serta pengamatan langsung di wilayah Kecamatan Kota Kudus, Jati, Undaan, Mejobo dan Kaliwungu. Maka dapat disimpulkan aliran air di gorong-gorong, selokan, hingga sungai tidak seperi melalui jalan tol- bebas hambatan.
Seperti tumpahan air dari seluruh wilayah Kecamatan Kota Kudus, ditambah sebagian dari Kecamatan Jati,Mejobo dan Undaan. Yang semuanya mengarah- tertumpah di Kali Kencing Desa Jati Wetan dan tembus di Sungai Wulan seputar Jembatan Tanggul Angin.
Belum ditemukan hulu dari Sungai Kencing itu sendiri. Tapi berdasarkan pelacakan yang dilakukan Dupanews sepanjang Minggu siang ( 15/1/2023), terlihat ada dua sungai yang menuju Sungai Kencing di wilayah dukuh Kencing. Yaitu yang berlokasi di seputar tepi tanggul Sungai Wulan. Atau seputar sebelah timur jalan lingkar Terminal Bus Jati Wetan — pertigaan lampu lintas/lapangan sepakbola Ngembal/Jambu Bol.
Dua sungai itu adalah Sungai Gayam, berada di sebelah timur “ simpang lima”- lampu lintas Tanjungkarang. Atau berhimpitan dengan tembok brak pabrik rokok Djarum . Lalu di sebelah timurnya, perbatasan Desa Jetis Kapuan Kecamatan Jati dengan Desa Ngemplak Kecamatan Undaan, dalam papan nama tertulis Kali /Sungai Ngemplak.
Sejauh mata memandang dari arah kiri jalan/arah dari Undaan, dua alur sungai tersebut masih tergenang air dan dipenuhi tanaman enceng gondok. Ini juga menghambat laju air.
Lalu di seputar kanan kiri jalan lingkar wilayah Kecamatan Jati. Tepatnya di seputar “simpan lima “ Tanjungkarang, lebih dari tujuh hektar sawah masih tergenang air. Kemudian selokan dari arah seputar Sempalan/Mardi Rahayu, nampak “menumbuk” ke “simpang lima” Tanjungjarang. Apakah tembus ( lewat bawah jalan lingkar) menuju Kali Gayam tidak begitu jelas terlihat.
Jika Bupati Kudus Hartopo dan seluruh jajarannya sejak Jumat ( 13/1/2023) mulai “menindak lanjuti kunjungan kerja Menteri PUPR, maka sebaiknya juga membaca peta sungai, anak sungai,embung, selokan dan gorong-gorong. Kemudian cek satu persatu ke lokasi. Dipastikan banyak yang tersumbat, rusak, bahkan tidak sedikit yang beralih fungsi.
Dan jika Hartopo cukup cepat merespon kerja Menteri Basuki tersebut, maka ada baiknya pula, jika penanganan banjir di Kota Kretek menjadi prioritas dalam /mulai 2023. Proyek pembangunan lain yang menelan biaya cukup- besar dan tidak mendesak “diparkir” sementara.
Salah satu anggota DPRD Kudus sempat berujar menjadi risi jika setiap kali banyak pihak menyebut Kudus adalah pelanggan banjir. Dan ada pula “sisipan” tulisan dalam Gambaran Umum BBWS Pemali Juwana 2008 yang menarik untuk dikutip : Dan kebaikan apa saja yang kau dapatkan itu datangnya dari Allah.Sedangkan bencana apa saja yang menimpa engkau itu adalah dari dirimu sendiri ( Qs.al —Nisa 79.
Lalu dilanjutkan : Tuhan tidak akan menerima ibadat siapapun diantara kita, kalau kita tidak berbuat zalim. Berpangku tangan dan melihat musibah adalah satu kezaliman yang menurunkan kita dari derajat kemanusiaan. (Sup)