teks foto : Peta wilayah sungai Serang-Lusi- Juwana (Seluna) . Foto Sup. Menteri PUPR meninjau Sungai Wulan di Kudus Kamis ( 12/1/2023) foto ; Kementerian PUPR
Kudus, SGN.com- Sungai Wulan sepanjang 47 kilometer mulai tahun 2023 dan tahun 2024 akan dinormalisir kembali . “Normalisasi Sungai Wulan sudah kami programkan.
Ini baru proses lelang/tender dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebsar Rp1,4 triliun dengan perkiraan penyelesaian pekerjaan selama 2 tahun,” ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono , di Kudus Kamis (12/1/2023).
Dan menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi, normalisasi Sungai Wulan akan menggunakan dana loan The Asian Development Bank (ADB).Saat Ini sedang persiapan loan ADB melalui Program Flood Management And Coastal Protection Project.
Sungai Wulan itu sendiri, berhulu di pintu pembagi/pengatur Wilalung Desa Kalirejo Kecamatan Undaan dan bermuara di Laut Jawa wilayah Kabupaten Demak. Sebelum beralih nama menjadi Sungai Wulan, sebelumnya dikenal sebagai Sungai Serang. Sungai ini mengalir dari seputar Gunung Merbabu, ke wilayah Kabupaten Boyolali- Sragen — Grobogan- Kudus — Demak.
Kemudian di perbatasan Boyolali- Sragen- Grobogan dibendung dan dibangun waduk Kedung Ombo yang mulai berfungsi tahun 1990. Setelah dibendung aliran sungai masuk wilayah Grobogan dan diseputar Godong, bertemu dengan aliran Sungai Lusi yang berhulu di wilayah Kabupaten Blora.
Setelah menyatu mengalir ke bendung Klambu Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Dari bendung ini aliran sungai dialirkan lagi menuju wilayah Demak melalui pintu Klambu Kiri. Sedang yang menuju kearah Kudus lewat pintu Klambu Kanan, Aliran air juga belum berhenti.
Dari Klambu kanan mengalir ke Wilalung. Lalu sebagian dialirkan ke arah Sungai Juwana yang sebagian besar masuk wilayah Pati dan berakhir di Laut Jawa wilayah Kecamatan Juwana. Melalui sembilan pintu yang dibangun Pemerintah Belanda 1916-1918. Sedang dua pintu lainnya di Wilalung diteruskan melalui Sungai Wulan.
Dan berdasarkan data dari BBWS Pemali Juwana 2009, Sungai Wulan pernah dinormalisir . Dengan desain lebar 80 meter, kemiringan tebing 1; 2 dan kemiringan dasar sungai 0,0001015. Sehingga\ kapasitas-daya tampung Sungai Wulan meningkat drastis dari 600 meter kubik menjadi 1.100 meter kubik per detik.Sekaligus menggantikan peran Sungai Juwana yang semula berkapasitas 600 meter kubik/detik.
Awal normalisasi Sungai Wulan berjalan sesuai rencana. Tidak lagi terjadi banjir besar di seputar daerah aliran sungai Wulan dan Juwana. Tapi proyek pembangunan sungai Wulan yang didesain untuk jangka waktu 50 tahun ,ternyata mulai dirundung banyak masalah.
Terutama tingginya sedimentasi ( pelumpuran), kerusakan tanggul, alih fungsi lahan, hingga pelaksaaan nornmalisasi itu sendiri yang diduga bermasalah (tidak sesuai RAB).
Akibatnya kapasitas Sungai Wulan tinggal 800 meter kubik saja. Dengan merosotnya daya tampung, maka setiap kali datang banjir dari wilayah Blora-Grobogan dengan volume 800 meter kubik, maka sebagian besar tanggul Sungai Wulan limpas. Sebagian lagi bocor.
Apalagi pada awal Januari 2023, terjadi curah hujan di seputar Gunung Muria, seputar Blora, Grobogan dan kondisi Laut Jawa tengah pasang. Debit air dari Klambu berkisar 800 — 910- 930 meter kubik per detik. Menjadikan ribuan hektar swah tergenang, 750 warga mengungsi, 43.020 jwa warga terdampak, yang tersebar di Kecamatan Undaan, Jati, Kaliwungu, Mejobo dan Jekulo.
Bila telah selesai dinormalisir ulang hingga kapasitasnya minimall 1.100 meter kubik per detik, apalagi lebih dari itu, apakah menjamin Kudus-utamanya, Demak dan Pati akan bebas banjir ? Belum bisa dipastikan.
Sebab, jika acuannya pada data yang diakses dari Badan Penanggulangn Bencana Daerah (BPBD) Kudus per 31 Desember 2022 hingga Kamis (12/1/2023), debit banjir yang tertinggi di Wilalung “hanya “ 930 meter kubik per detik dipastikan “aman”. Mengingat daya tampung Sungai Wulan akan ditingkatkan menjadi 1.100 meter kubik lebih.
Debit banjir yang sebagian besar berasal dari Blo.ra dan Grobogan kesulitan untuk diprediksi. Mengingat belum/tidak adanya data valid tentang luasan kerusakan hutan di kedua wilayah kabupaten tersebut. Pada banjir besar tahun 1993, debit banjir yang masuk ke Wilalung sempat mencapai 1.000 — 1.200 meter kubik.
Itu menjadikan sebagian wilayah Grobogan sendiri, Demak, Kudus, Pati dan Jepara kebanjiran. Tidak hanya meluluh-lantakkan lahan pertanian, infrastruktur, tapi sejumlah jiwa warga melayang. Tinggi rendahnya curah hujan juga tidak menentu dan ditentukan banyak factor.
Oleh karena itu dipandang perlu pemerintah dan masyarakat di kedua kabupaten itu untuk bersama sama “menghutankan” kembali lahan hutan negara, hutan rakyat dan lingkungannya. Perlu pula dibangun sejumlah waduk di sepanjang daerah aliran sungai Lusi.
Lalu untuk menata kembali — melihat ulang bendung Dumpil yang di Kali Lusi, Bendung Sidorejo, Bendung Sedadi dan Bendung Klambu di Sungai Serang. Apakah semuanya masih dalam standar operasional atau tidak.
Selain itu belum semua tanggul sungai terbebas dari aneka kerusakan alami dan kerusakan buatan ( dijadikan lalulintas dan penggembalaan ternak besar — sapi, kerbau). Termasuk sistem penanggulangan tanggul yang tidak baku.
Sungai Wulan selain pasokan utamanya dari Sungai Serang lewat pintu Wilalungt, sebagian kecil lainnya menerima kiriman dari sungai Kencing dan sebagian dari sungai Gelis. Dan rencana normalisasi Sungai Wulan 2023- 2024 merupakan kepedulian pemerintah pusat dan patut dihargai-disyukuri,. “.
"Saya ditugaskan Presiden untuk melihat banjir di Kudus, Jepara dan Pati, karena sampai tadi malam banjir ini masih menjadi berita di berbagai media nasional. Jadi harus ada program penanganan yang jelas untuk dilaporkan," kata Menteri Basuki.(Sup)