Hendi Hendro pakar pertanian dan lingkungan hidup Universitas Muria Kudus Foto Sup.
”Dari kajian tersebut dapat ditentukan kira kira lokasi mana yang cocok untuk dipakai relokasi ,” ujar Hendi Hendro,parkar lingkungan dari Universitas Muria Kudus (UMK) menanggapi pro kontra relokasi pasar sayuran yang hanya beroperasi menjelang tengah malam hingga pagi hari, Minggu ( 29/1/2023).
Pekan lalu Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan Kudus Sudjatmiko mengundang sejumlah pedagang sayuran Bitingan tentang relokasi. Dengan alasan lokasi yang dijadikan pasar sayuran dan buah-buahan tersebut terkihat kumuh, semrawut dan menimbulkan kemacetan. Namun belum ada titik temu, karena belum semua pedagang hadir dan masih ada yang menolak, juga ada yang setuju.
Hendi Hendro menambahkan : perlu disusun lebih dahulu rencana pengembangan wilayah, dengan berkiblat pada penerapan konsep pembangunan ekonomi yang tersusun pada dimensi keruangan, dengan memperhatikan peluang dan penawaran.”Dengan adanya rencana pengembangan wilayah, dan kajian akademik, serta disosialisasikan hasilnya. Harapannnya semua pihak dapat menerimanya, tegasnya.
Ia menduga , Pemkab Kudus nampaknya belum punya rencana pengembangan wilayah, sehingga penentuan pemindahan lokasinya tidak begitu jelas. Meraba-raba kira-kira tempat mana yang bisa dipakai untuk relokasi “ Dulu pernah membuat rencana pembuatan pengembangan wilayah dengan membuka simpul-simpul baru untuk mendukung pembangunan ekonomi.
Nggak tahu kelanjutannya”
Menurut pengamatan SGN.com, penggusuran median jalan Loekmono Hadi yang telah rampung 100 persen per akhir Desember 2022, ditengarai juga bermasalah. Antara lain jalur jalan sebelah barat Jalan Loekmono Hadi. Yaitu sejak perempatan jalan lampu bangjo (lalulintas) ke selatan (perempatan utara Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU). Atau selama ini dijadikan lokasi aktivitas pasar sayuran-buah Bitingan.
Sampai dengan Minggu ( 29/1/2023) masih dibiarkan sebagai median jalan dari arah selatan ke utara- meski sebagian besar pengguna lalulintas tidak menggunakannya. Dan lebih banyak dimanfaatkan untuk usaha parkir dan “ngetem” angkutan kota. Ini tidak sesuai dengan rancangan “penggusuran” median Jalan Loekomo Hadi sepanjang 953 meter dengan biaya Rp 2,4 miliar , yang telah dinyatakan rampung 100 persen pada akhir Desember 2022 (Sup)