Teks Foto : Jembatan Apung di Sungai Wulan per Minggu siang ( 15/1/2023). Sebuah perahu tambangan tengah diparkir di tepi Sungai Wulan. Papan nama larangan/peringatan. Foto Sup
Kudus,SGN.com- Tetap kokoh berdiri, Jembatan Apung yang diterjang banjir debit tinggi Sungai Wulan. Hanya saja karena jalan menuju ke Jembatan Apung yang baru dioperasikan pertengahan Desember 2022 tergenang banjir dengan ketinggian rata-rata setengah meter.
Yaitu sejak seputar jalan raya lingkar Kencing- Jetak hingga seputar daerah aliran sungai (DAS) Serang Welahan Drainase (SWD) I dan Sungai Wulan, maka tidak ada seorang pun yang lewat Jembatan Apung tersebut.
Saat SGN.com, mengunjungi Jembatan Apung yang dibangun pihak swasta tersebut, Minggu siang (15/1/2023) sudah tidak ada genangan air di sepanjang jalan di Desa Setrokalangan.
Khusus ruas jalan dari Sungai SWD I menuju Jembatan Apung, yang baru saja diperkeras dengn batu kapur pegunugan Kendeng, sebagian diantaranya lenyap tertelan banjir. Nampak dua pengendara motor yang masing masing berboncengan melewati Jembatan Apung.
Di bagian ujung jembatan terlihat tulisan peringatan : Dilarang Maen ( maksudnya main) di area jembatan. Bukan wisata ( tempat wisata), Berbahaya. Juga terlihat sebuah perahu dayung “diparkir”beberapa meter dari bibir Sungai Wulan .
Lalu nampak pula dua pria tengah memperbaiki mengganti lampu listrik yang mati. “Benar Pak, Jembatan Apung itu tidak tergenang apalagi terendam banjir. Meski Sungai Wulan baru saja meluap. Jadi tetap mengapung — tetap berada di tempat- menyesuaikan ketingggian air.” tutur kedua pemuda terseebut yang tidak menyebutkan identitasnya.
Keberadaan Jembatan Apung, sebagai pengganti jembatan sesek atau tempat penyeberangan dengan perahu yang berlangsung sejak puluhan tahun tersebut teramat penting bagi ratusan penduduk Desa Kedungwaru Lor, Kedungwaru Kidul,Tugu Lor dan Kotakan Kecamatan Karanganyar.
Mereka umumnya perempuan dan bekerja di sejumlah pabrik rokok serta industri lannya di wilayah Kecamatan Kaliwungu (Kudus). Meski dikenakan biaya Rp 2.000 untuk yang naik motor, itu masih dianggap jauh lebih murah, jika harus memutar melalui Jembatan Tanggul Angin atau Mijen.(Sup)