SARASEHAN GAYENG : Komite Konservasi, Asper Perhutani Kedu Utara, dan beberapa komunitas relawan lingkungan hidup gayeng menggelar kegiatan perkemahan outdoor di Pengilon Edupark. Kegiatan mengasyikan ini untuk membentuk duta lingkungan hidup yang kreatif, inovatif dan komunikatif dalam bermedia sosial. Foto: Hery Setyadi
Temanggung,SGN.com- Atmosfir Pengilon Edupark serasa gayeng saat dijadikan sebagai lokasi Kemah Konservasi 2023 yang berlangsung Sabtu- Minggu (14-15/1). Puluhan peserta dari remaja milenial begitu bersemangat mengikuti kegiatan dalam rangka Hari Menanam Pohon.
Peserta Kemah Konservasi adalah Tim Saka Wana Bhakti sebanyak 25 anggota muda dengan Pembina Asper Perhutani Kedu Utara. Lalu, Karang Taruna sejumlah desa sekitar lokasi. Kemudian dari Komunitas Barabaja serta Relawan Bhumiphala.
Kegiatan menggairahkan ini diinisiasi oleh Komite Konservasi Kabupaten Temanggung dan Perum Perhutani. Konten kegiatannya cukup mengasyikan yakni sarasehan sinematografi dan aksi konservasi berupa kegiatan menanam pohon, tracking ngarai, petik serai wangi.
"Antusiasme peserta luar biasa. Ini menjadi awal dari kegiatan rutin ke depan yang bakal kontinyu digelar. Kita mengkreasikan kegiatan kemah konservasi dengan tujuan utama membentuk buzzer atau duta lingkungan hidup di kalangan milenial," ujar Anies, anggota Komite Konservasi Kabupaten Temanggung.
Untuk magnet bagi remaja milenial, sengaja konten kegiatan dibikin menarik. Seperti menghadirkan sutradara dan praktisi sinematografi, Tanta dari IKJ. Peserta dibekali ilmu cara meracik konten media sosial dengan fotografi dan video pendek yang bertema lingkungan hidup, pohon dan kegiatan survival.
Tanta mengatakan, suatu hasil pemotretan dan syuting dihasilkan dengan memperhatikan hal teknis yang mumpuni, konsep yang matang dan narasi atau caption yang kuat daya tariknya.
Selain sarasehan sinematografi, peserta diberi panduan penanaman serai wangi yang berfungsi mengikat tanah agar longsor. "Di Kabupaten Temanggung, PR kira adalah menjaga konservasi lahan seluas 40 ribu hektar di sekitar DAS (daerah aliran sungai). Kita terus mengedukasi kaum milenial untuk menjadi buzzer atau duta lingkungan hidup yang kreatif," papar Anies.
Asper Perhutani Kedu Utara , Bambang Haryadi, menyambut baik kemah konservasi ini. "Ini bisa menjadi contoh edukasi dari peserta kepada lingkungan, yg terkecil di keluarga, sekolah, di sekitar rmh bahkan lebih luas lagi.
Ada edukasi konservasi untuk menyelamatkan lahan kritis di Kabupaten Temanggung.
Yang jadi sasaran lingkungan SDA dan SDH, terangnya.
Tika dari DPRKPLH Kabupaten Temanggung, menyebut kita bisa membuat story tentang kondisi lingkungan dan kita bisa menguploadnya ke media sosial. Kita bisa memberikan keterangan dan caption, narasi foto atau video tersebut. Diharapkan dari postingan ini bisa bermanfaat utk menggugah kesadaran masyarakat luas kepada kelestarian lingkungan.
Anies menambahkan kita sebagai manusia punya animal insting. Namun manusia diciptakan sebagau pemelihara dunia. Yang diberi tugas melestarikan lingkungan tempat dia tinggal. Manusia punya adab dan diberi kemampuan utk memelihara lingkungan tetap baik, bersih dan tidak merusak.
Pemerhati Kehutanan, Andrianto menyumbangkan gagasannya bahwa konservasi itu bisa dilakukan milenial dengan rasa peduli. Perlindungan atau konservasi dilakukan di kawasan yang kritis. "Anak muda perlu untuk fokus andil dalam konservasi lingkungan. Kalau sudah punya rasa peduli, outputnya adalah pesan yang mengena dan inspiratif," pungkasnya. (Hery S)