Gegara Tanam Ketan, Ludes Diterjang Banjir

Kudus,SGN.com- Banjir yang terjadi di Kudus sejak 31 Desember  hingga  15 Januari 2023, mengakibatkan 3.756 hektar tanaman padi tergenang dan 3.489 hektar dalam kondisi puso (gagal panen). Dari total luas tanaman padi tersebut menurut Kepala Dinas Pertanian  Kabupaten Kudus , Didik Tri Prasetyo, Jumat (20/1/2023) 70 persen diantaranya ditanami padi ketan.

Sedang prediksi kerugian bisa dihitung  Rp 7,5 juta per hektar, jika  status tanaman puso (umur 1-  45 hari setelah tanam /HST) . Atau Rp 15 juta per hektar (umur di atas 45 hari.” Dinyatakan puso, jika tergenang selama tujuh hari berturut turut. Sedangkan untuk tanaman padi yang tergenang kurang dari tujuh hari kemudian berturut turut surut bisa diselamatkan. Ini trmsuk kategori genangan rendah.” Ujarnya.

Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sistem Kedungombo, Akrab yang ditemui terpisah menjelaskan, kenapa tanaman padi jenis ketan yang kebanjiran dan puso. Sebab , pada musim tanam (MT) I/2022/2023 di wilayah irigasi Waduk Kedungombo dimulai per 1 September. Namun tidak bisa diberlakukan serentak, karena berbagai problem yang dihadapi petani. Ada yang tepat waktu, tapi juga ada yang molor.

Dan secara umum, petani yang memperoleh pasokan  air dari Waduk Kedungombo melalui bendung Klambu kiri ( ke arah Kabupaten Demak) menanam tanaman padi biasa( non pdi ketan) yang umurnya 90-100 hari/ tiga bulan). Sehingga  akhir November atau awal Desember 2022  sudah selesai panen. Tanpa tersentuh banjir.

Sebaliknya  petani yang lahannya diairi bendung Klambu Kanan dan Klambu Wilalung  ( ke arah Pati dan Kudus) ditanami padi ketan, baru memasuki panen raya menjelang akhir Desember 2022 dan awal tahun 2023, Dan kebanjiran ” tuturnya.

Ia tidak mau menyalahkan petani yang menanam  ketan, karena buktinya  hasil produksinya rata rata per hektar, lebih tinggi dari padi biasa. Begitu pula hasil penjualan dalam bentuk gabah maupun beras. Hanya saja “kelemahannya” masa tanam-masa panennya lebih lama 25-30 hari lebih lama dibanding padi biasa. 

Batangnya yang tinggi dan berdaun lebat rentan roboh diterjang angin.Begitu pula bulir padinya sangat disukai burung emprit yang tergolong salah satu hama. Konon termasuk hama wereng.

Akrab menambahkan, pihaknya selaku pribadi-sesama petani maupun selaku Ketua P3A Sistem Kedungombo, sudah seringkali mengingatkan  tentang  prediksi Badan  Meteorologi Klimatolgi dan Geofisika (BMKG) dan telah mengumumkan secara luas kepada warga/petani./sejak awal Agustus 2022.

Tentang  bakal munculnya  cuaca ekstrim yang akan berlangsung menjelang akhir tahun 2022 hingga awal 2023. Antara lain ditandai dengan  curah hujan esktrim,, yaitu mencapai 150 milimeter per 24  jam. 

Kemudian munculnya gelombang pasang dengan ketinggian di atas 3-6 meter.“Jika petani mau percaya “ramalan” BMKG, maka tidak menanam padi ketan yang berumur 125 — 130 hari, kemungkinan besar “aman”. Mereka tidak mengindahkannya, akhirnya menyesal,”  tutur Akrab.
Asuransi
Melihat data sawah yang  tergenang 3.756 hektar  dan puso 3.489 hektar , merupakan angka yang tidak kecil. Tentunya menurut pengamat pertanian dari Universitas Muria Kudus (UMK), Hendi Hendro,  kerugian yang ditimbulkan juga tidak kecil kalau dihitung secara materiil.

Untuk itu tentunya perlu adanya langkah-langkah strategis guna  mengatasi permasalah genangan akibat banjir tesebut.  “Pemkab dalam hal ini Dinas terkait sangat diperlukan untuk dapat membantu mempecepat proses klaim dana Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),

sehingga petani  segera  bisa memanfaatkan dana asuransi untuk melakukan proses penanaman kembali.
Selanjutnya menurut Hendi Hendro, mengajukan bantuan kepada  pemerintah pusat. 

Khususnya benih tanaman padi varietas genjah dan toleran terhadap genangan untuk antisipasi jika terjadi banjir lagi. Mengingat musim hujan masih berlangsung sampai saat ini. Tanaman padi yang  toleran terhadap genangan seperti Inpara 3, Inpara 4 (Swarna sub-1) dan Inpara 5 (IR64 sub1).

Sedang bagi petani yang tidak ikut Asuransi diharapkan ada uluran pemerintah untuk membantu meringankan kerugian akibat adanya genangan banjir.
Ia menambahkan , jika pada lahan sawah masih tergenang atau belum surut, perlu dilakukan penanaman dengan bibit usia 4 minggu. 

Ini dimaksudkan agar tanaman relatif lebih kuat tahan dan memiliki batang lebih tinggi.Sedangkan jika ingin menanam bibit yang muda harus menunggu surutnya air. “ Perlu pula  dilakukan pemompaan bagi lahan persawahan yang tergenang akibat rendahnya tempat dan airnya tidak bisa mengalir kesaluran pembuangan.(Sup)
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top