teks foto : Bekas pasar bubar/taman menara yang telah 100 persen direhab per Senin 26/12/2022. Dan dilihat dari sisi selatan. Dilhat dari sisi barat telihat bangunan baru penuh "pintu dan jendela". Di depannya terparkir lebih dari seratus motor ojek dengan helm seragam warna merah. Diorama pasar bubar yang barada di salah satu ruangan museum jenang Jalan Sunan Muria Kudus. Foto Sup
Kudus, SGN.com- Rehabilitasi Taman Menara di Jalan Sunan Kudus Kota Kudus tuntas 100 persen pada Senin ( 26/12/2022). Kini bekas taman yang dibangun pada tahun 2016 dengan APBD Kudus sekitar Rp 3 miliar, tinggal menyisakan sebuah pohon beringin besar, tujuh pohon tinggi berdaun lebat, dua buah bangunan lama. Selebihnya diratakan dengan tanah. Selain jauh lebih lapang, juga tidak terlihat gersang.
Masjid Madureksan yang dibangun tahun 1520 dan termasuk diantara puluhan cagar budaya di Kota Kretek , yang berada di sisi barat, kini leluasa untuk dipandang secara utuh maupun saat disambangi. Sebab tidak ada lagi bangunan lain sebagai penghalang.
Hanya sayangnya papan nama di halaman depan yang dibuat dan dipasang Dinas Kebudayaan Pariwisata (Budpar) Kudus sudah kadaluwarsa. Sebab tulisan yag ada di papan nama yang mengutip sebagian dari undang undang cagar budaya nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya .Undang undang ini sudah diganti dengan undang undang nomo 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
Akan lebih baik lagi ketika papan nama itu diganti baru dan ditambah dengan tulisan nama masjid dan tahun pembuatannya yang menyolok. Dengan tujuan bagi peziarah- pengunjung komplek Masjid Menara Makam Sunan Kudus(M3SK), bahwa Masjid Madureksan umurnya lebih tua dari Menara yang “baru” dibangun pada tahun 1865. Dan Masjid Al Aqsa atau Al Manar tahun 1549.
Bahkan bukan semata mata sebagai tempat ibadah, namun sering dijadikan lokasi untuk mengadili berbagai macam perkara, hingga tempat mengatur strategi perang bagi Sunan Kudus yang semasa itu juga dikenal sebagai panglima perang Kerajaan Demak.
Dan saat ini setelah rehabilitasi tuntas, di serambi depan dijadikan tempat istirahat para pengojek sembari menunggu penumpang. Sebagian pengojek lainnya juga memanfaatkan bangunan keliling pohon beringin.
Selain Masjid Madureksan, seberang depan masjid juga terlihat sebuah Kelenteng Hok Ling Bio yang dibangun pada abad ke-14. Juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Dua bangunan cagar budaya tersebut setelah Taman Menara diratakan dengan tanah, kini tidak ada lagi bangunan penghalang.
Sedang bekas puluhan kios yang berada di sisi utara, selain sudah dibongkar total, juga telah diganti dengan bangunan baru. Di bagian depan bangunan ini “dihiasi” dengan semacam pintu lengkung di bagian atas tanpa daun pintu. Kemudian dipadu dengan “jendela” dengan bentuk menarik . Termasuk sisi atas tembok tidak berbentuk lurus/datar, melainkan berbentuk segitiga. Dan di masing masing sisinya juga dalam bentuk semacam jeruji.
Bangunan baru ini juga memudahkan bagi para pengunjung-peziarah, saat hendak menuju- maupun pulang dari komplek M3SK Lebih leluasa-tidak perlu berdesak desakan. Lalu jika dilihat dari arah depan (jalan Sunan Kudus/ sisi selatan) bangunan baru ini juga sebagai penyekat untuk puluhan kios-termasuk tempat kamar mandi —WC.
Sedang yang tidak kalah menariknya- paling tidak saat melihat langsung lokasi pada Senin siang (26/12/2022), puluhan kendaraan/motor pengojek diparkir rapi di sisi barat. Dengan “dihiasi” helm seragam warna merah, Sementara kondisi halamannya terpasang paving yang nyaris ketinggiannya . sejajar dengan permukaan selokan panjang serta jalan raya. Dan tidak ada lagi pagar keliling, sehingga memudahkan pergerakan peziarah-pengunjung dan pengguna lalulintas-khususnya pengojek.Sebuah proyek rehabilitasi yang “hanya” menghabiskan biaya Rp 671,8 juta dari APBD Perubahan 2022. Tapi mampu membuat suasana baru yang lebih segar- terutama untuk melestarikan cagar budaya- sekaligus sebagai upaya mendongkrak minat dan jumlah pengunjung. Termasuk sebagai pengingat lokasi inilah awal mulanya sebuah pasar era Sunan Kudus.
Dikenal sebagai pasar bubar ( karena lokasi pasar dipindah ke Pasar Jember yang ada sekarang ini). Dan di salah satu ruangan museum Jenang di Jalan Sunan Muria, terlihat diorama tentang pasar bubar tersebut., sehingga memudahkan banyak pihak untuk mengetahui salah satu sisi betapa tinggi nilai dari cagar budaya. Semoga.(Sup)