Tembang lir Ilir Iringi Acara Midodareni Kaesang

 
Kudus,SGN.com Di acara midodarani putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep dengan Erina Gundono , sayup sayup terdengar tembang Lir Ilir  yang dilantunkan pesinden/artis kondang Soimah. Dan tentu saja diiringi gamelan.Seluruh prosesi pernikahan Kaesang- Erina kental dengan adat isi\tiadat dan budaya- khususnya budaya Jawa.

 Lir Ilir diciptakan Sunan Kalijaga pada  sekitar abad ke-16. Sedang arti midodarani menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rangakaian penyelenggaraan upacara adat  bagi pengantin perempuan. Dan berlangung pada malam ijab Kabul  atau pesta pernikahan. 

Sedang asal kata Midodareni dari kata dasar widodari atau  bidadari. Lalu ditafsirkan turunnya para bidadari dari kayangan ke bumi. Khususnya ke rumah pengantin perempuan untuk mempercantik serta 
Menurut Haris el Mahdi dalam artikel Masa Depan Umat Islam di Balik ,Lagu Lir Ilir ,menyebut tembang ini menunjukan telah lahirnya sebuah generasi baru- generasi , masih segar laksana pengantin baru.

Kaum muda, katanya menjadi penerus sejarah dari kaum tua, terutama dalam pelurus sejarah. Kesalahan masa lalu yang pernah dibuat, tidak harus diulang kembali. Kaum muda juga tidak perlu mencaci maki atau mengkambinghitamkan kaum tua.

Karena itu, tembang Lir-Ilir, ungkapnya memberikan solusi bahwa kaum muda yang dipanggil dengan sebutan cah angon (bocah penggembala), yang disuruh memanjat pohon belimbing yang licin.
“Butuh ikhtiar sungguh-sungguh untuk memanjat pohon belimbing yang licin itu,” ucapnya.

Tugas maha berat, jelas Haris dalam memanjat pohon belimbing itu tak perlu dihadapi dengan ratapan kesedihan atau beban mental, tetapi dihadapi dengan penuh kegembiraan. Para cah angon ini harus penuh optimis untuk mencipta solusi.

Menurutnya, lagu Lir Ilir ini bisa menjadi pesan dari Wali Songo kepada kaum muda Indonesia agar mereka menjadi garda depan kebangkitan bangsa. Sejarah memang mencatat, kaum muda selalu mencipta peristiwa perubahan.Selain itu  anak muda memang tidak pernah kenal lelah untuk mengobarkan semangat kebangkitan.

Bagi Haris, makna lagu Lir-Ilir ini bisa diresapi bagi kaum muda generasi 2000 an yang juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memanjat pohon belimbing seperti dicontohkan generasi muda terdahulu.

Tugas maha berat ini, jelas Haris sejak zaman kolonial ini kini diemban oleh anak muda generasi tahun 2000 an. Anak muda tahun 2000 an, ungkapnya, mempunyai tanggung jawab besar untuk mentransformasikan guna menjahit dan merawat spirit kebangsaan.“Menghadirkan harapan dan optimisme, bukan keputus-asaan, dan berkeluh kesah,” pungkasnya.
Penuh makna
Lirik tembang Lir Ilir : Lir Ilir. Lir ilir, lir ilir Tandure wis sumilir Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore Mumpung padhang rembulane Mumpung jembar kalangane Yo surako Surak iyo Pada tembang Lir-Ilir, terdapat kata Lir-Ilir yang berarti bangkitlah. 

Hal ini merupakan ajakan untuk bangun. Bangun di sini berupa kesadaran atau ada sesuatu yang harus dihidupkan. Ini juga berarti ajakan untuk sadar bahwa waktu terus berganti, tidak boleh lalai sehingga mengalami kerugian.

Sedangkan makna dari tandure wus sumilir (tanaman sudah mulai bersemi) memiliki makna bertunas yaitu tumbuhan muda yang baru timbul. Makna ini merupakan kehidupan yang makmur dan sejahtera.

Tanaman di sini menunjukan padi yang ketika bertunas akan terlihat subur dan begitu indah ketika melihatnya. Bagi masyarakat Jawa, tanaman padi merupakan sumber rezeki dan kehidupan.

“Karena itu masyarakat Jawa melakukan tradisi wiwitan yaitu ungkapan doa dan syukur atas limpahan hasil panen yang telah diberikan oleh Tuhan Sang Rabbi Ilahi (Sri) yang kemudian dikenal dengan Dewi Sri,” jelas Moh Ainul Yaqin dalam skripsi berjudul Dimensi Spiritual Tembang Lir-Ilir Dalam Semiotika Tasawuf.

Sementara itu makna dari tak ijo royo-royo (bagaikan warna hijau yang menyejukan) memiliki makna kehidupan seperti tanaman padi yang merupakan sumber kehidupan dan simbol warna kejayaan Islam.
Pada lirik tak sengguh temanten anyar (bagaikan sepasang pengantin baru) memiliki arti layaknya awal kehidupan rumah tangga, dua pribadi yang menyatu membentuk budaya keluarga yang baru, jelas Ainul tentunya tidak meninggalkan akarnya masing-masing.

Ada juga panggilan bocah angon (wahai anak gembala) yang memiliki makna penjaga atau pemelihara binatang ternak yaitu pemimpin atau seorang yang bisa mengayomi. Seorang pemimpin, jelas Ainul, harus lebih pandai dari yang dipimpinya.

Sedangkan penekno blimbing kuwi (tolong panjat pohon belimbing itu) memiliki makna kegigihan dan usaha untuk mencari rezeki, namun harus diimbangi dengan mendekatkan diri kepada Allah.
Hal ini harus terus dilakukan walau mengalami rintangan dan kesulitan, seperti lirik lunyu-lunyu penekno (walaupun licin). Ada juga anjuran untuk membersihkan diri dengan memakai air dalam lirik kanggo mbasuh dodot iro (untuk mencuci pakaianmu).

Pada tembang itu juga disampaikan akan ada kemerosotan akhlak pada lirik kumitir bedhah ing pinggir (telah rusak dan robek di bagian pinggir). Karena itulah manusia harus mengembalikan kesucian akhlak yaitu lirik dondomono, jlumatono (jahitlah, perbaikilah).

Sebagai cara untuk menghadapi masa depan yaitu kanggo sebo mengko sore (untuk menghadapi nanti sore). Hal ini sebagai upaya mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.

Selagi masih ada waktu seperti dalam lirik mumpung padhang rembulane (selagi rembulan masih purnama) dan mumpung jembar kalangane (selagi masih luang dan lapang). Karena itu, manusia masih perlu bersyukur dalam lirik yo surako, surak hiyo (berserahlah dengan rasa syukur)(Sup).
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top