Temanggung, SGN.com - Kasus pemukulan siswa SMP Negeri 1 Candiroto, Muhammad Raihan (15), oleh Kepala Sekolah Slamet Samsudi mulai menimbulkan teror bagi korban. Meskipun sudah memasuki masa libur sekolah. Raihan akhir-akhir ini merasa diteror oleh pihak sekolah dan oknum-oknum yang berusaha menutup-nutupi kasus tindak kekerasan terhadap anak ini.
Hal ini diungkapkan oleh ibu korban, Nur Hamidah S.Pd, Selasa (20/12). Aksi teror dimaksud meliputi adanya isu tak sedap yang dihembuskan oleh Tri Suwarto (Kepala Tata Usaha SMP Negeri 1 Candiroto) di sebuah forum pengajian di Candiroto. Tri kepada jemaah pengajian beropini dengan mengatakan bahwa Kepsek Slamet tidak melakukan pemukulan. "Tri Suwarto juga kerap menginterogasi Raihan, sehingga korban ketakutan," ujar Hamidah.
Tindakan Tri Suwarto tersebut dinilai jelas ingin menutup-nutupi perbuatan pidana yang dilakukan kepsek. Tri Suwarto sebagai bawahan Kepsek Slamet, diduga dipaksa Slamet untuk seolah menjadi saksi mata atas kejadian tersebut. Menurut Hamidah, Tri Suwarto adalah pakde dari Raihan.
Tri Suwarto yang hendak dikonfirmasi dan ditemui di rumahnya, yang bersangkutan dinyatakan oleh pihak keluarga sedang pergi ke Jakarta.
Kasus tindak kekerasan terhadap anak ini telah menodai dunia pendidikan di Kabupaten Temanggung. Pihak Polres Temanggung yang sudah dilapori kasus ini, terkesan lamban dalam menangani.
Korban Raihan pada hari Sabtu (17/12) sedianya diperiksa oleh Unit PPA Polres Temanggung. Apa hasilnya? Raihan ternyata dibuat menangis pasca keluar dari ruang penyidik Unit PPA. "Penyidik melarang kami selaku orang tua untuk mendampingi Raihan. Padahal korban masih dibawah umur," ujar Hamidah.
Pihak keluarga korban menyatakan akan menghadap langsung ke Kapolres Temanggung. Mereka akan menanyakan keseriusan pihak kepolisian dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap anak mereka. (Hery S)