DIPANGGIL POLRES : Kepsek SMP Negeri 1 Candiroto, Temanggung, Slamet Samsudi (paling kiri) dipanggil ke Polres Temanggung untuk kedua kalinya. Slamet enggan meminta maaf kepada ortu korban dan dirinya mengelak sebagai pelaku pemukulan terhadap siswa. Foto: Hery Setyadi
Temanggung, SGN.com - Pelaku tindak kekerasan terhadap siswa SMP Negeri 1 Candiroto, yakni Kepala Sekolah Slamet Samsudi (SS) menyatakan, pasca insiden pemukulan, mengaku sibuk mengerjakan tugas online dan kerja bakti di kampung. Sehingga tidak sempat menyampaikan permintaan maaf ke pihak orang tua siswa.
Hal ini terungkap pada saat Kepsek Slamet memberikan klarifikasinya di kantor Polres Temanggung, Senin (27/11). Slamet dengan enteng menambahkan bahwa beberapa hari setelah kejadian yang menimpa korban, Raihan (15), tidak ada yang komplain. "Saya banyak membina anak didik dan saya sangat sibuk sebagai kepala sekolah. Saya tidak memukul Raihan," kata Slamet dibalik muka bermasker.
Slamet dipanggil untuk kedua kalinya ke Polres Temanggung. Kali ini, Slamet didampingi Kabid Advokasi PGRI Kabupaten Temanggung, Gunarto. Selain pelaku pemukulan, pada pertemuan di ruang penyidik Unit PPA tersebut dihadiri kedua ortu Raihan yakni Solikin dan istrinya, Nur Hamidah.
Kanit PPA Iptu Endang SP, SH, menjelaskan bahwa kedua pihak dimintai klarifikasinya, setelah dalam tahap sebelumnya dilakukan pemeriksaan terhadap pelapor, terlapor dan saksi-saksi.
Tak menutup kemungkinan, kasus kekerasan terhadap anak ini ditingkatkan statusnya ke penyelidikan. Unsur-unsur tindak pidananya telah terpenuhi. "Pihak kepolisian akan menuju tahap berikutnya, jika kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan dalam mediasi yang ditempuh," tegas Endang.
Kasus siswa dijotos kepsek ini telah menyita perhatian publik di Temanggung. Banyak pihak mengecam tindakan kekerasan ini, yang menjadi pertanda buruk perilaku pendidik kepada abak didik. Peneliti pemerhati pendidikan Andrianto, menegaskan kasus itu menodai Hari Guru Nasional.
Kepsek selaku pimpinan lembaga pendidikan dinilai arogan dan memberikan contoh buruk. "Dunia pendidikan di Temanggung memang brengsek. Banyak laporan dari masyarakat tentang sekolah di Temanggung. Tentang kekerasan, pungli oleh sekolah kepada siswa, penggunaan dana BOS tidak transparan dan sebagainya," ungkapnya. (Hery S)